Awal pekan, rupiah unggul ke Rp 13.314 per dollar



JAKARTA. Dollar Amerika Serikat masih lesu di hadapan rupiah pada perdagangan Senin (20/3). The Greenback masih tertekan setelah bank sentral AS Federal Reserve menaikkan bunga 25 basis poin pekan lalu dan menyiratkan pengetatan ekonomi bertahap. 

Di pasar spot, pasangan USD/IDR melemah untuk hari keempat ke level 13.314. Akhir pekan lalu, rate rupiah yang menguat ada di posisi Rp 13.345 per dollar AS. 

Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) juga memperlihatkan penguatan rupiah, dengan berada di Rp 13.329 per dollar AS, berbanding posisi Jumat lalu 13.342.


Meski lesu, pelemahan dollar AS kian terbatas. Bloomberg Indeks Dollar AS yang menunjukkan kekuatan dollar AS terhadap sepuluh mata uang utama dunia, melemah tipis 0,04% sore ini. 

Berkah dana asing

Masih tingginya suntikan dana asing yang masuk ke pasar keuangan di Tanah Air jadi katalis pendongkrak nilai tukar rupiah. Analis memperkirakan penguatan masih bisa berlanjut meski dalam rentang kian terbatas.

Nurdiyanto, Analis Riset Treasury PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menjelaskan penguatan rupiah di awal pekan ini sejalan dengan penguatan yang berhasil didulang mayoritas mata uang Asia lainnya. Selain memang dari dalam negeri suntikan dari capital inflow yang masuk pun masih tinggi sejak akhir pekan lalu.

"Tentunya ini cukup memberikan tenaga bagi rupiah untuk lanjutkan posisi unggulnya," kata Nurdiyanto. Apalagi mengingat minimnya data ekonomi AS terbaru yang bisa menyuntikkan tenaga tambahan bagi AS di awal minggu seperti ini memberikan keuntungan terhadap mata uang yang berlawanan termasuk rupiah.

Investor juga sedang menanti pernyataan dari Presiden The Fed Negara Bagian Chicago, Charles Evans yang dijadwalkan akan memberikan testimoni pada Selasa (21/3) dini hari. Antisipasi ini turut memberi celah keunggulan. Sebab pasar sampai saat ini masih berbalut pernyataan dovish yang dilayangkan The Fed dalam pertemuan FOMC pertengahan pekan lalu.

"Hanya saja memandang penguatan yang signifikan, bukan tidak mungkin ada aksi profit taking yang akan mencederai rupiah," tambah Nurdiyanto. Sehingga meski secara fundamental rupiah bisa lanjutkan penguatan, bukan berarti tanpa bayang koreksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia