Awal tahun, kredit bank kecil tumbuh paling cepat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sampai dengan bulan pertama tahun 2018, pertumbuhan kredit perbankan mengalami peningkatan sebesar 7,4% secara tahunan atau year on year (yoy). Meski pertumbuhannya tak sekencang bulan Januari 2017 yang mencapai 8,24%, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai total outstanding mengalami peningkatan cukup signifikan.

Adapun, bila dirinci berdasarkan kelompok banknya, OJK menyebut pertumbuhan kredit masih ditopang oleh kredit kelompok bank umum swasta nasional (BUSN) non devisa.

Catatan OJK menunjukan, kredit BUSN non devisa tumbuh paling tinggi dibanding kelompok bank lain yang menembus 27,94% secara yoy per Januari 2018. Peningkatan kredit juga ditopang dari kredit bank pembangunan daerah (BPD) yang tumbuh 9,4% yoy di awal tahun 2018.


Pertumbuhan kredit bank plat merah atau persero justru lebih rendah dibandingkan kedua kelompok bank tersebut yang naik 8,95%. Menanggapi hal tersebut, Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Herry Sidharta menyebut tren tersebut memang umum terjadi alias siklikal.

Lebih lanjut, Herry menjelaskan tren ini masih akan berlanjut sampai akhir kuartal I 2018 dan baru akan mulai naik di kuartal II sampai kuartal IV jelang akhir tahun.

"Tren ini umum terjadi di awal tahun. Demikian juga pada BNI yang sesuai tren industri alami penurunan dibandingkan akhir tahun kemarin," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (4/3).

Namun, bank plat merah ini menyebut pertumbuhan kredit di bulan Januari 2018 bila dibandingkan dengan outstanding kredit Januari tahun lalu ada kenaikan sebesar 8% sampai 9%.

Menurut Herry, pertumbuhan kredit terutama bank plat merah akan kencang di kuartal II. Pasalnya, debitur-debitur plat merah di sektor konstruksi akan meningkat penggunaan kreditnya berdasarkan termin proyek.

Alasan lain, kredit di Januari 2018 cenderung alot dikarenakan pelaku bisnis masih memantau arah kebijakan ekonomi dari pemerintah. Hal ini dilakukan pelaku usaha guna mengikuti pergerakan tingkat konsumsi dalam negeri dan investasi yang masuk.

"Hal ini dilakukan (pelaku bisnis) untuk memantau kondisi makro ekonomi lainnya, seperti kebijakan dari negara-negara tujuan ekspor dan arga komoditas dunia," tambahnya.

Sementara itu, salah satu bank kelompok BUSN non devisa yakni PT Bank Mayora mengatakan pertumbuhan kredit masih belum deras di awal tahun. Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij menyebut, pertumbuhan kredit perbankan baru akan mulai terangkat di bulan April 2018. "Pertumbuhan kredit di bulan Januari tidak terlalu tinggi. Namun memang biasanya di kuartal I pertumbuhan kredit tidak terlalu signifikan," jelasnya.

Sebagai gambaran saja, berdasarkan laporan keuangan bulan Januari 2018 Bank Mayora mencatatkan pertumbuhan kredit di atas rata-rata industri mencapai 12,83% yoy menjadi Rp 3,6 triliun. Pun, sampai akhir tahun, bank milik taipan ini optimistis, kredit mampu digenjot hingga ke level 15%.

Lain halnya dengan PT Bank Ina Perdana Tbk yang justru menyebut kredit di bulan Januari 2018 tumbuh stagnan. Meski tak merinci besaran pertumbuhannya, Direktur Utama Bank Ina Edy Kuntardjo menjelaskan di bulan ketiga pertumbuhan kredit baru akan mulai terlihat.

"Per Januari kredit masih stagnan, secara umum juga belum ada pemicu kredit untuk tumbuh," ujarnya. Malahan Edy menyebut tahun ini kredit justru bisa mengalami penurunan. Salah satunya dikarenakan dampak ekonomi secara global yang cenderung akan semakin ketat di tahun 2018.

Hanya saja, bank bersandi emiten BINA ini menjelaskan kredit masih dapat tumbuh bila dua sektor kredit seperti properti dan otomotif membaik.

Sekadar tambahan informasi, per Januari 2018, laju kredit BUKU I tumbuh paling tinggi yakni tembus dua digit ke level 11,2% secara yoy. Disusul kredit BUKU IV yang naik 8,63%, BUKU II 7,65%. Sementara kredit BUKU III tumbuh paling lambat secara industri dengan kenaikan 5,49% per Januari 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat