Awas, bubble pasar kondominium



JAKARTA. Rupanya Anda perlu hati-hati bila Anda ingin menginvestasikan uang Anda di properti kondominium. Konsultan properti Cushman & Wakefield memberi peringatan bahwa tidak mustahil, properti kondominium saat ini menuju ke arah bubble.

Kesimpulan tersebut dilakukan berdasarkan tiga indikator yaitu harga properti naik secara signifikan, penyerapan menurun, namun proyek-proyek baru terus berjalan. "Di masa depan pasokan bertambah, tapi tingkat okupansi dan yield justru bisa turun," kata Direktur Eksekutif Cushman & Wakefield Handa Sulaiman, Selasa (17/4).

Handa mencatat, tahun lalu pasokan kondominium di sekitar Jakarta bertambah 24% dari tahun sebelumnya. Namun tingkat penjualan dan okupansi relatif stabil di angka 95% dan 60%.


Tahun ini bakal ada tambahan 20.302 unit kondominium baru masuk ke pasar. Tahun 2013 pun masih ada tambahan sekitar 20.447 unit lagi. Padahal selama lima tahun terakhir rata-rata pertambahan apartemen jual ini cuma 8.468 unit per tahun.

Meski pasokan bertambah, harga jual kondominium justru naik sekitar 13% per tahun lantaran harga tanah dan biaya konstruksi yang merangkak naik. Alhasil, penyerapan kondomimum tidak bisa mengikuti pertumbuhan kenaikan harga. Imbasnya, Handa memprediksi dua tahun kedepan, tingkat okupansi kondominium bakal merosot di bawah 60%.

Selain itu, imbal hasil atawa yield dari investasi kondominium juga terus turun. Kalau di tahun 2008, imbal hasil investasi kondominimum mencapai 10%-15% per tahun, minimal dua tahun lagi, yield tersebut bakal anjlok di kisaran 6%-8% saja per tahun.

Ali Hanafiah, Presiden Direktur perusahaan broker properti Century 21 Pertiwi menjelaskan, anjloknya imbal hasil kondominium ini lantaran harga sewanya sudah turun. Namun, ia menilai masih terlalu pagi untuk mengatakan kondisi kondominimum sudah mendekati bubble.

Kepala Riset Jones Lang LaSalle-Procon Anton Sitorus pun setuju dengan Ali. Malah ia menilai sepanjang kuartal pertama tahun ini penjualan kondominimum justru meningkat yakni sekitar 2.000 unit. Atau naik 10% ketimbang periode yang sama tahun lalu.

Kalaupun imbal hasil kondominimium yang condong menurun, menurutnya kondisi ini juga terjadi di sektor properti lainnya. Seperti perkantoran di areal Jakarta.

Ketua Umum Persatuan Perusahaan RealEstat Indonesia (REI) Setyo Maharso bilang masih belum yakin bakal ada bubble di kondominium. Permintaan properti ini masih relatif bagus lantaran menyasar kalangan atas.

Investasi kondominium juga menjanjikan yield sekitar 8% per tahun asal menjadi kondominuim hotel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini