Awas, emas bisa longsor di bawah US$ 1.000!



Pesona emas belum mampu bangkit di tahun kuda kayu ini. Harga emas di pasar internasional masih di bawah US$ 1.300-an. Bahkan, harga emas diprediksi kian jatuh. Kalau Anda memandang ini kesempatan membeli, tetap pertimbangkan seberapa besar prospek kebangkitan harga ke depan.

JAKARTA. Sisa-sisa kejayaan harga emas belum kembali hingga bulan kedua 2014 ini. Harga emas di pasar internasional berkutat di area US$ 1.200-an per ons troi, usai tergerus 28% sepanjang tahun lalu.

Level harga itu masih jauh di bawah rata-rata harga emas sepanjang tahun 2013, US$ 1.413,6  per ons troi. Apalagi jika kita bandingkan dengan level rekor harga emas tertinggi yang tercipta tahun 2011 silam, yakni US$ 1.923 per ons troi.


Emas memang mengalami masa sulit di tengah perkembangan perbaikan perekonomian Amerika Serikat (AS) dan aksi pengurangan stimulus (tapering off). Pamornya sebagai safe haven memudar seiring kondisi perekonomian global yang relatif mulai stabil.

Buntut dari itu, bank investasi global, yang notabene pemain-pemain di pasar emas, kompak memangkas proyeksi harga emas tahun ini. Prediksi mereka, harga emas akan bergerak rata-rata di US$ 1.136,1 per ons troi (lihat tabel di bawah).

Bank of America Merril Lynch, dalam proyeksi terbaru yang keluar pekan lalu, memperkirakan harga rata-rata emas bakal amblas ke US$ 1.150 per ons troi, tahun ini. Michael

Widmer, Strategist BoA Merril Lynch, berujar, jika aksi jual para investor emas berhenti, harga emas tahun ini bisa bertahan di US$ 1.200. Akan tetapi, dia pesimistis hal itu terjadi. “Skenarionya lebih mengarah pada keberlanjutan aksi jual, hingga emas bisa terseret di bawah US$ 1.000 per ons troi,” jelas dia, seperti dikutip Wallstreet Journal, Ahad (9/2).

Prediksi serupa muncul dari Credit Suisse. Bank investasi itu memperkirakan, akhir tahun 2014 harga emas berisiko terjungkal hingga ke US$ 900 per ons troi! Analis Barclays Suki Cooper melontar ramalan tak kalah buruk. Harga emas tahun ini, menurutnya, bisa terpuruk ke US$ 1.050 per ons troi.

Peralihan dana para pemodal global dari emas ke aset berisiko, seperti saham, akan terus berlangsung seiring kondisi pasar yang relatif lebih stabil sekarang. Permintaan emas fisik dari China dan India bahkan tidak lagi bisa diharapkan mengungkit harga emas tahun ini. “Pembelian emas fisik oleh China tahun lalu naik 41%, namun belum tentu tren itu bertahan,” ujar Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures.

Cermati harga dollarBagi para trader emas di pasar berjangka, fluktuasi harga emas yang liar bisa kian memperlebar kesempatan mengantongi cuan. Namun, lain soal dengan investor emas fisik. Di tengah proyeksi harga emas yang kian suram, keputusan berinvestasi emas semakin menuntut pertimbangan matang.

Para analis menilai, untuk investasi dalam jangka panjang di atas tiga bahkan lima tahun, emas batangan masih menjanjikan. “Investasi emas fisik tidak memberi untung cepat dalam jangka pendek,” kata Suluh A. Wicaksono, analis Millenium Penata Futures.

Suluh memprediksi, harga emas baru bisa bangkit kembali ke kisaran US$ 1.500-an, lima tahun lagi. Jika hendak mengoleksi emas sekarang, juga jangan terburu-buru. Pastikan harganya memang sudah benar-benar ekonomis. “Beli nanti saja saat harganya US$ 1.000,” kata Kiswoyo A. Joe, analis Investa Saran Mandiri.

Masalahnya, harga emas di pasar global bukan satu-satunya penyetir harga emas di pasar domestik. Maklum di negeri kita, emas dijual dalam satuan rupiah per gram. Sedang di mancanegara satuannya dollar AS per troy ounce, di mana 1 ons troi setara 31,1 gram.

Maka itu, ada faktor-faktor lain yang juga harus Anda cermati agar investasi emas Anda bisa menguntungkan.

Pertama, kurs dollar AS terhadap rupiah. Di Divisi Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk, rekor harga jual emas Antam terendah tiga tahun terakhir adalah Rp 492.000 per gram pada 8 Juli 2013. Saat itu harga emas di pasar global jatuh di level US$ 1.200-an dan kurs dollar AS masih di bawah Rp 12.000.

Namun, ketika kini harga emas di pasar internasional masih berkeliaran di level sama, harga jual emas di Antam justru melejit ke posisi Rp 547.000, Selasa (12/2). Itu karena kurs rupiah atas dollar AS lebih buruk ketimbang tahun lalu.

Alhasil, kejatuhan harga emas di pasar global tidak akan berpengaruh besar bagi emas di dalam negeri selama kurs rupiah terhadap dollar AS jelek. Para produsen emas di pasar domestik bakal tetap memasang mahal harga emas. Pastikan Anda membeli emas saat harganya sudah cukup murah dan kurs dollar AS terhadap rupiah rendah.

Kedua, harga beli kembali emas Antam (buyback price). Ketika Anda hendak melego emas, terlebih jika menjual ke produsen emas seperti Antam atau toko emas, yang menjadi patokan mereka adalah buyback price Antam.

Masalahnya, dibanding dengan harga jual, harga buyback seolah tidak sensitif terhadap kurs dollar AS. Sebenarnya itu strategi lazim para penjual atau produsen emas agar mereka tetap menangguk margin besar.

Buyback price emas di Antam bercokol di Rp 487.000 per gram, Selasa (12/2). Selisihnya mencapai Rp 60.000 dengan harga emas satuan terkecil. Harga buyback itu sejatinya mencerminkan harga emas fisik sebelum biaya cetak. Selisih yang lebar antara harga jual dan buyback mengindikasikan, Antam cenderung melihat masa bearish emas masih lama.

Ketiga, tujuan keuangan. Emas lebih tepat Anda manfaatkan untuk tujuan keuangan jangka panjang di atas lima tahun. Logam mulia ini juga cocok sebagai bagian dari dana darurat karena cukup mudah mencairkannya jika sewaktu-waktu Anda butuh likuiditas.

Jadi, tetaplah cermat sebelum memborong emas! 

Prediksi Harga Emas Internasional 2014

Bank Investasi

Prediksi baru (US$ per ons troi)

Prediksi lama (US$ per ons troi)

Penurunan dari harga rata-rata emas 2013

(%)

BoA Merril Lynch

1.150

1.294

18,6

Barclays

1.205

-

14,7

Goldman Sachs

1.050

1.235,20

25,7

HSBC

1.292

1.435

10,7

Credit Suisse

900

-

36,33

JP Morgan

1.263

1.389,30

10,6

Morgan Stanley

1.160

1.318

17,9

UBS

1.200

-

15,1

Deutsche Bank

1.141

-

19,2

ABN Amro Group

1.000

-

29,2

Rata-rata

1.136,1

-

19,8

 Sumber : Riset KONTAN/Ruisa Khoiriyah

      o

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ruisa Khoiriyah