JAKARTA. Industri properti yang tumbuh pesat beberapa tahun terakhir menimbulkan kekhawatiran terjadi bubble atau gelembung yang siap pecah. Penyebabnya, pasokan sudah terlalu berlebih, harga terus naik, padahal pasar tidak tumbuh tinggi. Perusahaan riset properti telah membuat peringatan ini. Meski indikator bubble properti belum terlihat dalam jangka pendek, tapi beberapa sektor perlu diwaspadai. "Yang patut dikhawatirkan jika investor membeli properti memakai uang bank," ungkap Associate Director Knight Frank Indonesia, Hasan Pamudji, belum lama ini. Ini bukan kali pertama. Tahun lalu, perusahaan riset properti, Cushman & Wakefield, juga telah menyalakan lampu kuning untuk risiko bubble properti, khususnya kondominium di Jakarta.
Awas gelembung properti di Jakarta dan Bali
JAKARTA. Industri properti yang tumbuh pesat beberapa tahun terakhir menimbulkan kekhawatiran terjadi bubble atau gelembung yang siap pecah. Penyebabnya, pasokan sudah terlalu berlebih, harga terus naik, padahal pasar tidak tumbuh tinggi. Perusahaan riset properti telah membuat peringatan ini. Meski indikator bubble properti belum terlihat dalam jangka pendek, tapi beberapa sektor perlu diwaspadai. "Yang patut dikhawatirkan jika investor membeli properti memakai uang bank," ungkap Associate Director Knight Frank Indonesia, Hasan Pamudji, belum lama ini. Ini bukan kali pertama. Tahun lalu, perusahaan riset properti, Cushman & Wakefield, juga telah menyalakan lampu kuning untuk risiko bubble properti, khususnya kondominium di Jakarta.