JAKARTA. Tren pelemahan dollar Amerika Serikat (AS) kembali membakar harga minyak mentah. Malam ini, di New York Merchantile Exchange (NYMEX), harga kontrak minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) telah kembali menembus level US$ 83 per barel.Menurut data Bloomberg, harga kontrak berjangka minyak untuk pengiriman Desember 2010 sempat mencapai level tertinggi di angka US$ 83,28 per barel. Harga ini sudah semakin mendekati rekor harga lima bulan terakhir sebesar US$ 84,43 per barel yang tercapai pada 7 Oktober lalu. Tapi, pada pukul 22.55 WIB, harga kontrak minyak yang sama turun tipis dan berada di level US$ 82,25 per barel. "Investor masih terus menjual dollar AS setelah pertemuan G-20 dan ini memicu kenaikan harga komoditas," ujar Michelle Kwek, analis Informa Global Market di Singapura seperti dikutip Reuters, Senin (25/10). Memang, komoditi sering menjadi safe haven atau pengaman bagi investor ketika dollar AS cenderung melemah. Fenomena ini juga sering disebut sebagai fly to commodity. Kali ini, selain pelemahan dollar, aksi demonstrasi pekerja kilang di Prancis juga turut memicu kenaikan harga minyak. Senin (25/10), pekerja di tujuh kilang dari total 12 kilang yang ada di Prancis memutuskan untuk melanjutkan aksi demonstrasi mereka. Ini merupakan bagian dari aksi buruh nasional untuk menenang kebijakan pensiun baru yang dicanangkan Pemerintah Prancis. Aksi demo seperti ini, tentu saja, memicu spekulasi bahwa pasokan minyak ke pasar global bakal berkurang. Dampaknya, harga minyak pun terbang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Awas minyak mentah kembali lewati US$ 83
JAKARTA. Tren pelemahan dollar Amerika Serikat (AS) kembali membakar harga minyak mentah. Malam ini, di New York Merchantile Exchange (NYMEX), harga kontrak minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) telah kembali menembus level US$ 83 per barel.Menurut data Bloomberg, harga kontrak berjangka minyak untuk pengiriman Desember 2010 sempat mencapai level tertinggi di angka US$ 83,28 per barel. Harga ini sudah semakin mendekati rekor harga lima bulan terakhir sebesar US$ 84,43 per barel yang tercapai pada 7 Oktober lalu. Tapi, pada pukul 22.55 WIB, harga kontrak minyak yang sama turun tipis dan berada di level US$ 82,25 per barel. "Investor masih terus menjual dollar AS setelah pertemuan G-20 dan ini memicu kenaikan harga komoditas," ujar Michelle Kwek, analis Informa Global Market di Singapura seperti dikutip Reuters, Senin (25/10). Memang, komoditi sering menjadi safe haven atau pengaman bagi investor ketika dollar AS cenderung melemah. Fenomena ini juga sering disebut sebagai fly to commodity. Kali ini, selain pelemahan dollar, aksi demonstrasi pekerja kilang di Prancis juga turut memicu kenaikan harga minyak. Senin (25/10), pekerja di tujuh kilang dari total 12 kilang yang ada di Prancis memutuskan untuk melanjutkan aksi demonstrasi mereka. Ini merupakan bagian dari aksi buruh nasional untuk menenang kebijakan pensiun baru yang dicanangkan Pemerintah Prancis. Aksi demo seperti ini, tentu saja, memicu spekulasi bahwa pasokan minyak ke pasar global bakal berkurang. Dampaknya, harga minyak pun terbang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News