KONTAN.CO.ID - Jakarta. Sejumlah analis prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Senin 14 Juni 2021 bergerak volatile. Sejumlah faktor akan mempengaruhi pergerakan IHSG. Pekan ini, akan ada pengumuman data ekonomi penting yaitu neraca perdagangan, data penjualan motor dan mobil, serta suku bunga acuan yang mempengaruhi IHSG. Analis Erdhika Elit Sekuritas Hendri Widiantoro mengatakan, sembari menunggu rilis data ekonomi tersebut, prediksi IHSG hari ini bakal bergerak
volatile.
Apabila dikaji kembali, selama beberapa bulan terakhir data ekonomi Indonesia secara umum sudah cenderung membaik, namun inflasi yang menandakan tingkat daya beli masyarakat terlihat masih cenderung rendah. "Jika kita lihat
breakdown dari beberapa data ekonomi lainnya seperti
retail sales yang baru saja dirilis itu terlihat bahwa belum meratanya
recovery yang terjadi saat ini, baru beberapa sektor yang terlihat mengalami kenaikan," kata Hendri kepada Kontan.co.id, Sabtu (12/6). Adapun sektor yang telah naik adalah makanan dan minuman, suku cadang dan otomotif, serta pakaian. Untuk beberapa sektor lainnya seperti informasi dan komunikasi terlihat masih turun. Baca Juga:
Jelang FOMC dan RDG BI, IHSG diprediksi bergerak menguat Artinya belum semua sektor membaik meskipun secara keseluruhan sudah terlihat membaik. Dengan keadaan demikian, dia memproyeksikan suku bunga baik suku bunga acuan,
lending facility rate ataupun
deposite facility rate Bank Indonesia (BI) masih akan ditetapkan di level yang sama seperti sebelumnya. Begitupun dengan yang terjadi di Amerika Serikat (AS). Angka lapangan pekerjaan yang bertambah menandakan bahwa industri tersebut sudah mulai pulih. Tapi belum semua sektor pulih, terutama sektor konstruksi yang masih mencatat penurunan tenaga kerja. Oleh karenanya Presiden AS Joe Biden juga tengah merencanakan kebijakan mengenai stimulus infrastruktur yang saat ini masih dalam tahap diskusi. Berdasarkan hal tersebut, Hendri juga memproyeksikan bahwa The Fed masih akan menahan suku bunga acuannya. "Kami memproyeksikan bahwa The Fed dan BI baru akan melakukan perubahan kebijakan moneter pada awal tahun depan atau jika kondisi memungkinkan, seperti semua sektor sudah mengalami
recovery," imbuh dia. Untuk menghadapi pasar yang akan cenderung
volatile, Hendri menyarankan investor yang mungkin ingin masuk pasar pekan depan harap berhati-hati dan memilih sektor yang memang cenderung aman seperti saham-saham yang ada di sektor konsumer non-siklikal. Sedangkan untuk emiten komoditas mungkin perlu dicermati setelah rilis dari data ekspor impor dan neraca perdagangan. IHSG pekan ini diprediksi bakal bergerak pada rentang
support 6.020 dan
resistance 6.120. Baca Juga:
Menguat sepekan, kurs rupiah akan bergerak tipis pada Senin (14/6) Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, pelaku pasar masih mengkhawatirkan kenaikan inflasi hingga beberapa bulan ke depan. Kembalinya perekonomian ke kondisi pra-pandemi berarti diberlakukannya langkah penarikan stimulus bank sentral. Situasi ini membuat prospek akan terjadinya tapering menjadi lebih konkret, dan berpotensi meningkatkan volatilitas di pasar keuangan global. The Fed diperkirakan akan mengumumkan strategi untuk mengurangi program pembelian obligasi besar-besarannya pada Agustus atau September. Jajak pendapat
Reuters memperkirakan the Fed akan mulai memotong pembelian bulanan pada awal tahun depan. "Hal ini mungkin akan menaikkan risiko pasar keuangan negara berkembang termasuk Indonesia," kata Hans, Minggu (13/6). Kenaikan inflasi yang diperkirakan hanya sementara menjadi sentimen positif pasar. Pelaku pasar akan memperhatikan dua data di AS yakni inflasi dan tenaga kerja. Hans memperkirakan IHSG berpeluang konsolidasi menguat dengan
support di level 6.047 sampai 5.974 dan
resistance di level 6.134 sampai 6.200.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto