Awas, rupiah masih akan melemah



JAKARTA. Nilai tukar rupiah terus melemah. Hingga Jumat pekan lalu, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia (BI) berada di level Rp 12.863 per dollar Amerika Serikat (AS), turun tipis dari sehari sebelumnya Rp 12.862 per dollar AS. Ke depan, pelemahan masih akan terjadi sehingga diperkirakan impor akan naik dan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) akan membesar.

Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Solikin M Juhro mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah masih akan terus berlanjut lantaran ekonomi AS sedang membaik. Ini akan menyulitkan BI membentuk fundamental ekonomi Indonesia yang sehat. CAD masih akan di atas 3%. Akibatnya, Indonesia sangat rentan terhadap pergerakan dollar AS.  

Deputi Fiskal dan Moneter Kementerian Koordinator Perekonomian Bobby Hamzah Rufinus mengakui, pergerakan nilai tukar rupiah cenderung melemah pada tahun ini. Apalagi, dengan kebijakan pemerintah mendorong pembangunan infrastruktur, impor barang modal akan semakin besar. Defisit neraca dagang  dan CAD akan meningkat.


Kendati demikian, kata Bobby, kenaikan tersebut bisa dikompensasi dengan peluang kenaikan nilai ekspor akibat membaiknya ekonomi AS dan Asia. "Yang perlu kita lakukan adalah mendorong diversifikasi komoditi ekspor sesuai permintaan pasar," kata Bobby, Sabtu (28/2).

Selain itu, capital inflow perlu dijaga melalui portofolio, penanaman modal asing (PMA), dan pinjaman luar negeri. Bobby optimistis banyak pemodal asing yang tertarik berinvestasi di Indonesia. Pasalnya, pemerintah melalui menteri keuangan telah berjanji akan menerbitkan beleid pemberian insentif pajak berupa tax allowance dan tax holiday pada semester pertama tahun ini.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistyaningsih menyatakan, impor tahun ini memang berpotensi meningkat akibat tingginya belanja infrastruktur. Namun, hal itu juga bisa mendorong capital inflow, jika pemerintah bisa mengkomunikasikan bahwa impor itu untuk barang modal dan barang produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie