Beberapa pekan terakhir, virus Ebola kembali mengintai keselamatan masyarakat dunia. Puncaknya, Jumat (9/8), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan status darurat kesehatan internasional terkait penyebaran virus mematikan ebola yang melanda bagian Barat Afrika. Status darurat diambil lantaran saat ini Ebola sudah menelan hampir 1.000 korban tewas. Status darurat kesehatan pun berlaku bagi negara-negara di Afrika barat yang mengalami kasus kematian terbanyak, semisal Liberia, Guinea, dan Sierra Leone. Tidak cuma membahayakan nyawa, virus Ebola mengintai pertumbuhan ekonomi. Ambil contoh Liberia. Di awal tahun, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi, Liberia mampu membukukan pertumbuhan sebesar 5,9%. Namun, sejak Ebola menjangkiti Liberia pada empat bulan lalu, Pemerintah Liberia telah kehilangan 2% dari total pendapatan tahunan negara. "Pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dari estimasi awal. Dampak Ebola sudah terasa," ujar Amara Konneh, Menteri Keuangan Liberia, mengutip Financial Times.
Awas, virus Ebola mengintai ekonomi dunia
Beberapa pekan terakhir, virus Ebola kembali mengintai keselamatan masyarakat dunia. Puncaknya, Jumat (9/8), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan status darurat kesehatan internasional terkait penyebaran virus mematikan ebola yang melanda bagian Barat Afrika. Status darurat diambil lantaran saat ini Ebola sudah menelan hampir 1.000 korban tewas. Status darurat kesehatan pun berlaku bagi negara-negara di Afrika barat yang mengalami kasus kematian terbanyak, semisal Liberia, Guinea, dan Sierra Leone. Tidak cuma membahayakan nyawa, virus Ebola mengintai pertumbuhan ekonomi. Ambil contoh Liberia. Di awal tahun, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi, Liberia mampu membukukan pertumbuhan sebesar 5,9%. Namun, sejak Ebola menjangkiti Liberia pada empat bulan lalu, Pemerintah Liberia telah kehilangan 2% dari total pendapatan tahunan negara. "Pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dari estimasi awal. Dampak Ebola sudah terasa," ujar Amara Konneh, Menteri Keuangan Liberia, mengutip Financial Times.