Awas, waspadai dampak kenaikan bunga China!



JAKARTA. Hari ini, para investor di pasar modal maupun pasar valuta asing (asing) sebaiknya ekstrahati-hati. Sebab, langkah mengejutkan China menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25% bisa berdampak luas. Semalam, di pasar finansial global, efek kejutan China itu sudah mulai terasa. Yang paling utama, kabar rencana kenaikan bunga China (kenaikan bunga baru usul bank sentral dan harus disetujui pemerintah China) langsung membuat dollar Amerika Serikat (AS) menguat. Indeks dollar AS yang mencerminkan nilai tukar dollar AS terhadap enam mata uang utama dunia menguat 1,7% menjadi 78,223. Ini merupakan penguatan terbesar dollar AS sejak bulan Agustus lalu. Mengapa dollar AS kembali menguat? Ada beberapa analisis yang bisa menjelaskannya. Pertama, seperti biasa, orang menubruk dollar AS sebagai safe haven. Sebab, kenaikan bunga di China bisa menahan pertumbuhan ekonomi Negeri Pada itu. Ini artinya, dunia juga bisa kehilangan salah satu mesin utama pertumbuhannya. Ini juga menjelaskan mengapa dollar Australia, mata uang negara yang banyak mengekspor komoditas ke China, menjadi salah satu mata uang yang terpukul paling parah. Dollar Negeri Kangguru itu melemah 2,2% menjadi US$ 0,9681. Di saat yang sama, mata uang euro juga melemah 1,6% menjadi US$ 1,37626.Penjelasan kedua, kenaikan bunga China menumbuhkan ekspektasi bahwa kemungkinan besar AS akan mengerem aksi menekan dollar yang mereka lakukan dengan membeli surat berharga si pasar (quantitavie easing). Maklum, sudah menjadi rahasia umum, salah satu tujuan AS menekan dollar mereka adalah untuk menekan China agar membiarkan yuan menguat.Nah, dengan kenaikan suku bunga di China, dengan sendirinya, nilai tukar yuan terhadap dollar AS akan cenderung menguat. Dus, AS tak perlu repot-repot menggembosi dollar mereka. Pamor emas dan minyak memudar Ekspektasi seperti ini memicu investor kembali berani membeli dollar AS maupun aset-aset berbasis dollar AS lainnya. Sebab, meski dollar akan cenderung melemah terhadap yuan, tanpa aksi quantitave easing, tren pelemahan dollar AS terhapada mata uang lain mungkin akan terhenti. Dengan skenario seperti ini, tak perlu heran jika harga berbagai komoditas langsung melemah. Di pasar tunai (spot), Selasa waktu AS, harga emas sempat merosot 2,1% menjadi US$ 1.340,05 per troy ounce (31,1 gram). Sementara harga kontrak berjangka emas untuk penyerahan Desember di divisi COMEX-NYMEX sempat turun US$ 31,20 menjadi US$ 1340,90 per troy ounce. Sementara, harga kontrak minyak untuk pengiriman November 2010 di NYMEX AS merosot 4,32% menjadi US$ 79,49%.Dampak kejutan China ini bisa menular ke bursa Asia-Pasific pagi ini jika skenario pembalikan dana-dana panas ke Amerika Serikat benar-benar terjadi. Gejala itu sudah mulai terlihat. Begitu dibuka Rabu pagi ini (20/10), indeks S&P/ASX200 di bursa Australia langsung melemah 69,1 poin menjadi 4.586,6.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Cipta Wahyana