KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kekuatan ekonomi digital menerbitkan harapan bagi masa depan pertumbuhan Indonesia di tengah perlambatan ekonomi global. Namun, pengembangannya membutuhkan konsistensi dukungan dari pilar lain, seperti infrastruktur, sistem logistik dan pembayaran, serta sumber daya manusia. Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Johnny G. Plate menyebutkan, proyeksi ekonomi digital Indonesia tahun 2030 mencapai Rp 330 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 4.500 triliun. Jumlah ini dua kali lipat dari ekonomi digital ASEAN saat ini. Besarnya prospek ekonomi digital perlu didukung dengan kebijakan membentuk ekosistem digital yang optimal. Untuk itu, Kominfo telah menyiapkan
road map atau peta jalan digital Indonesia 2021-2024 dengan 4 (empat) prioritas.
“Yang ada di dalam itu
(road map) empat prioritas, pertama menyelesaikan sektor infrastruktur digital (
Information and Communication Technologies/ICT), pemerintahan digital, ekonomi digital, dan masyarakat digital. Ini harus melibatkan banyak lembaga dan sektor-sektor privat,” ucap Johnny dalam B-Talk,
KompasTV beberapa saat lalu. Pembangunan digital ICT di seluruh wilayah nasional, khususnya di wilayah 3T tengah disiapkan. Perusahaan penyedia layanan operator didorong untuk menghadirkan sinyal 4G yang kuat untuk menghubungkan berbagai pulau di Indonesia. Tak hanya itu, industri
data center atau pusat data di Indonesia juga tengah bertumbuh pesat, terlebih dengan kehadiran Amazon Web Services (AWS) Cloud
region Indonesia dengan 3 (tiga) wilayah
availability zone. Kebutuhan yang tinggi akan hadirnya pusat data juga diindikasikan dengan berbagai rencana pembangunan kota pintar
(smart city) atau pulau pintar
(smart island), yang telah dimulai salah satunya oleh Provinsi Bali. Kendati demikian, di samping membangun infrastruktur secara besar-besaran, peta jalan digital masih menghadapi tantangan, khususnya dalam ketersediaan talenta digital yang akan mengelola infrastruktur digital. “Ekonomi GDP Indonesia ditopang 60 persennya oleh UMKM dan ultra mikro, sehingga migrasi aktivitas UMKM sebagai penopang harus jadi hal utama. Karena piramidanya paling banyak di UMKM dan ultra mikro, maka itu yang jadi prioritas untuk didukung dan didorong,” terangnya. Untuk mendorong transformasi digital yang optimal, Indonesia perlu menyiapkan talenta digital di seluruh level, mulai dari
basic skill hingga menengah atau
intermediate. Johnny menegaskan, talenta digital yang memiliki kemampuan di kurikulum teknik seperti
cloud computing, big data, artificial intelligent (AI), internet of things (IoT), virtual reality (VR), dan lain sebagainya sangat diperlukan untuk mencapai visi Indonesia 4.0. Country Manager AWS Indonesia, Gunawan Susanto memberikan dukungan program Indonesia 4.0. Gunawan berpendapat bahwa program tersebut dapat memberikan dorongan bagi masyarakat ekonomi Indonesia untuk bisa bergerak maju lebih cepat. “Program Indonesia 4.0 ini kami percayai akan memberikan dorongan bagi masyarakat, baik itu di area
small medium bisnis, UMKM, maupun skala menengah atau besar, termasuk
startup, company, dan sebagainya. Mereka melihat kebutuhan cloud untuk efisiensi dari sisi
compute, storage, database, dan lainnya, serta lebih
agile dan cepat berinovasi,” ujarnya. Sekedar informasi, dalam 15 tahun terakhir, investasi penyedia layanan
cloud computing, AWS telah mencapai total Rp 71 triliun di Indonesia. Paling baru, AWS mengumumkan resminya Region AWS Asia Pasifik (Jakarta) sebagai salah satu investasi berkelanjutan yang mereka lakukan.
Region AWS Asia Pasifik (Jakarta) diperkirakan menambah PDB sekitar 10,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 155 triliun selama 15 tahun ke depan. Kontribusi ini dapat mendukung proyeksi Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI mengenai kontribusi ekonomi digital terhadap PDB di tahun 2030, yang diperkirakan mencapai Rp 24.000 triliun. Sebelumnya pada tahun 2018, AWS telah membuka kantor di Jakarta untuk mendukung basis pelanggannya yang berkembang pesat di seluruh negeri. Hadirnya kantor AWS juga membuka lapangan pekerjaan baru, seperti
technical experts, solutions architects, technical account managers (TAMs
), partner managers, systems engineers, dan
professional services providers. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Indah Sulistyorini