Axis selesaikan migrasi di daerah tidak berbahaya



JAKARTA. Operator telepon seluler PT Axis Telekom Indonesia tekah menyelesaikan migrasi spektrum 3G pada frekuensi 2.100MHz, di wilayah-wilayah yang tidak teridentifikasi adanya interferensi berbahaya.

Daerah-daerah itu adalah Sumatera Barat dan Sumatera Selatan, Kepulauan Riau dan Kalimantan. Proses migrasi Axis telah dimulai pada pertengahan Mei 2013.

"Axis juga telah menyelesaikan tahapan akhir proses migrasi di wilayah Sumatera Utara dan Provinsi Riau dan saat ini dalam tahap monitoring pasca migrasi," tulis Axis dalam siaran pers, Senin (26/8).


Namun, proses migrasi belum dapat dilakukan di daerah yang berpotensi terdapat gangguan interferensi, seperti di wilayah Bali, Lombok, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.

Di sejumlah daerah ini, Axis mengidentifikasi adanya interferensi berbahaya. Interferensi itu berasal dari sinyal seluler Smart Telecom pada frekuensi 1.900MHz.

Sebelumnya, pada 20 Juli 2013 AXIS telah melakukan migrasi seluruh jaringannya ke blok 11 dan 12.Namun, karena adanya dampak interferensi dan tingginya keluhan pelanggan yang sangat signifikan, Axis harus mengembalikan jaringannya ke blok 2 dan 3.

Axis sendiri telah menyampaikan laporan mengenai permasalahan interferensi kepada pemerintah dan masih menunggu penyelesaian untuk mengatasi kendala tersebut.

Sebelumnya, kanal 3G Axis menempati blok 2 dan 3 pada frekuensi 2.100MHz. Dalam aturan tata ulang kanal 3G yang dibuat pemerintah, Axis diminta memindahkan kanal 3G-nya itu ke blok 11 dan 12. Perusahaan mulai melakukan migrasi sejak Mei 2013.

Interferensi terjadi karena perbedaan teknologi Personal Communication System (PCS) 1900 yang digunakan pada jaringan CDMA Smart Telecom, dan teknologi Universal Mobile Telecommunication System (UMTS) yang dipakai lima operator GSM, yakni Telkomsel, XL Axiata, Indosat, Tri, dan Axis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri