Ayers Asia menyebut saham dan obligasi jadi pilihan menarik tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2021 diprediksi bakal jadi tahun untuk produk saham. Performa instrumen investasi yang berbasis saham diperkirakan menunjukkan performa lebih baik di tahun ini. Pilihan lainnya, ada juga instrumen berbasis obligasi yang dianggap masih akan menarik di semester pertama 2021. 

Fund Manager Ayers Asia Asset Management Satrio Norojono mengungkapkan, beberapa sentimen bakal jadi katalis positif bagi instrumen investasi seperti saham dan obligasi di tahun ini. Pertama, prospek pemulihan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021 diramalkan bisa lebih baik dibandingkan tahun lalu.

Kedua, masuknya foreign direct investment (FDI) seiring dengan kebijakan omnibus law juga menjadi katalis positif. Apalagi, undang-undang cipta kerja yang telah disetujui di 2020 diharapkan bisa menarik investor asing dan memperbaiki iklim investasi Tanah Air.


Selain itu, likuiditas domestik yang masih tinggi, disertai dengan program Bank Indonesia (BI) terkait pembelian obligasi di pasar perdana diprediksi masih akan berlanjut di 2021. Untuk itu, Ayers Asia memprediksi yield Surat Utang Negara (SUN) untuk tenor 10 tahun bakal berada di rentang 5,8% hingga 6% di tahun ini.

Baca Juga: Reksadana pendapatan tetap dan pasar uang masih akan menopang AUM industri reksadana

"Domestic support dari perbankan dan BI masih cukup kuat dengan LDR per September 2020 di 83,2%. Kami juga melihat pertumbuhan kredit tahun depan 5%-7%. Juga gross issuance SUN untuk pembayaran budget defisit tidak banyak berubah sebesar Rp 1.500 triliun," papar dia.

Terakhir, upaya pemerintah untuk mendorong vaksinasi Covid-19 diharapkan bisa menunjukkan hasil positif di tahun ini. Target pemerintah untuk memvaksinasi 70% penduduk Indonesia tentunya membutuhkan tambahan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Jika vaksinasi bisa dilakukan secara cepat, Satrio berharap itu bisa mendorong roda perekonomian tumbuh lebih baik. 

Sebagai gambaran, di Desember 2020 indeks manufaktur Indonesia sudah berada di atas level 50 yang mengindikasikan sinyal perbaikan. Selain itu, Satrio memandang perbaikan ekonomi 2021 bakal turut ditopang belanja pemerintah lewat program PEN yang diprediksi masih akan tinggi di tahun ini.

"Kalau dilihat, pertumbuhan ekonomi 2021 bisa berada di kisaran 3%-4%. Kami tidak seoptimistis pemerintah dan melihat pertumbuhan ekonomi tahun ini lebih dekat ke level 3%," ujar Satrio dalam paparan daring, Selasa (12/1). 

Baca Juga: Dana kelolaan reksadana bisa tumbuh 10% tahun ini

Menurut Satrio, beberapa tantangan masih akan dihadapi ekonomi Tanah Air seperti efektivitas dan realisasi vaksinasi di Tanah Air. Meskipun mampu memberikan katalis positif bagi pasar keuangan, Satrio menilai itu tidak akan serta-merta langsung memangkas signifikan jumlah kasus Covid-19 saat ini. Selain itu, Satrio melihat adanya potensi budget defisit 2021 untuk menopang dana PEN. 

Di sisi lain, situasi geopolitik ke depan juga bisa sewaktu-waktu menyebabkan dana asing kabur atau foreign fund outflow. Ditambah lagi, risiko pertumbuhan ekonomi di bawah ekspektasi juga mungkin terjadi, mengingat banyaknya bisnis yang tutup di 2020 disertai angka pengangguran yang tinggi. 

"Perusahaan kelihatannya belum akan mengeluarkan capex besar-besaran di tahun ini, bahkan relatif lebih rendah dibandingkan sebelum Covid-19. Sementara itu, konsumsi juga masih tertahan dan masyarakat lebih banyak memilih saving," tandas dia.

Baca Juga: Begini strategi investor kawakan di tengah masa pemulihan 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati