Minat menciptakan robot mulai mewabah di kalangan anak-anak usia dini. Maka itu, sekolah merakit dan membuat robot di Indonesia terus bermunculan. Bisnis robot yang kini mulai membentuk industri memiliki prospek cerah di negeri kita.Robot berasal dari kata robota yang berarti budak. Ia diciptakan memang untuk membantu manusia dalam melakukan pelbagai aktivitas sehari-hari. Robot pun mulai hadir menyerupai manusia. Misalnya, ASIMO buatan Honda Motor Corp., produsen mobil asal Jepang.Belakangan, robot juga dibekali kecerdasan. Orang pun terus berlomba-lomba melahirkan robot-robot baru yang makin canggih. Pengetahuan dan kreativitas menjadi dua hal penting dalam pembuatan robot.Minat membuat robot juga tumbuh di kalangan anak-anak Indonesia. Sekolah robot pun mulai bermunculan di Tanah Air. Salah satunya, Robotic World Explorer atau Rumah Robot di Thamrin City, pusat perbelanjaan di Jakarta.Rumah Robot mengklaim sebagai pusat pameran, pembelajaran, penelitian, dan pengembangan pembuatan robot pertama di dunia. Hanya saja, robot-robot yang dipamerkan dan dijual masih merupakan produk impor dari Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Prancis.Tapi, Chief Executive Officer (CEO) Rumah Robot Jully Tjindrawan menargetkan, dalam beberapa bulan ke depan, ruang pameran di Rumah Robot akan berisi robot-robot hasil karya anak bangsa yang belajar merakit robot di Rumah Robot.Menurut Jully, menciptakan robot tidak butuh ketrampilan khusus atau bakat luar biasa. Hanya perlu tekad kuat dan keberanian mencoba. Tapi, pembuat robot mesti paham mekanik, elektronik, dan computing dulu. "Ketiga hal ini penting untuk mendorong pembuat robot dapat membuat software robot, membangun, serta memodifikasi mesin-mesin yang terprogram, juga untuk membuat robot lebih dinamis," kata dia.Ditambah, perlu latihan rutin agar si pembuat robot lekas mahir. Nah, Rumah Robot menyediakan latihan satu kali sepekan dengan waktu belajar satu jam. Bobot pelatihan adalah 60% praktek dan sisanya yang 40% adalah teori. Tim pengajarnya ahli teknologi robotika.Bayangan cara pembuatan robot dengan bahasa pemrograman yang rumit tidak berlaku di sini. Rumah Robot memanfaatkan software komputer untuk membentuk robot yang hendak dibuat. Makanya, anak berusia tiga tahun pun bisa mulai belajar membuat robot sambil melatih saraf motoriknya. Bertekad menjadikan robot sebagai mata pelajaran atau paling tidak kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah di Indonesia, Jully pun mengajak anak-anak untuk belajar merakit robot di Rumah Robot.Rumah Robot mematok biaya pelatihan membuat robot Rp 3 juta per bulan dengan waktu belajar dua jam per pekan. Biaya ini sudah termasuk modul belajar dan software.Untuk sekadar berkunjung ke Rumah Robot, Jully mengenakan tiket masuk sebesar Rp 150.000 per orang atau sekitar Rp 5 juta per tahun untuk anggota.Rumah Robot yang mendapat dukungan dari NAO Foundation asal Prancis akan konsisten mencetak pencipta-pencipta robot baru, serta merangkul komunitas pencinta robot. Orientasinya tak sekadar mencari keuntungan semata, tapi juga untuk kemajuan robot Indonesia.Sekolah robot yang lain, Robotic Education Centre, yang sudah berdiri sejak 2005 lalu memperkenalkan teknologi robotik pada anak usia 8 hingga 18 tahun. "Pertumbuhan siswa kami mencapai 10% per kuartal," kata Wisnu, Pelaksana Harian Robotic Education Centre di Taman Modern, Cakung, Jakarta Timur. Mereka mematok harga kursus Rp 300.000 per bulan. Saat ini, Robotic Education Centre memiliki 50 siswa.Untuk menjaga kualitas pengajaran, Wisnu membatasi empat siswa per kelas dengan tenaga pengajar profesional di bidang komputer dan kelistrikan. Sistem pembelajarannya menggunakan panduan kurikulum yang mengenalkan robot dengan kombinasi konstruksi mesin.Bahan baku pembuatan robot juga sudah lulus standar kesehatan anak. Misalnya, Lego Education yang tidak memakai logam berbahaya. Siswa pun bisa membawa pulang robot-robot buatan mereka. Namun, untuk mendirikan sekolah robot, Jully mengungkapkan, investasinya sangat besar. Apalagi, Rumah Robot juga berfungsi sebagai sebagai pusat pameran, penelitian, dan pengembangan. Sayang, ia tidak menyebut angka pastinya.Cuma, Jully mengatakan, bisnis robot di Indonesia belum mendapat tempat yang istimewa karena pemahaman masyarakat masih kurang. Meski demikian, Frederick, perancang robot di Rumah Robot mengungkapkan, perkembangan dunia robotika di Indonesia mulai membuatnya gembira. Ia melihat dua tahun terakhir antusiasme pelajar dan mahasiswa terhadap robot meningkat sekitar 50%. Robot buatan Indonesia juga sering menjuarai lomba bertaraf internasional. Karena, karakteristik robot-robot buatan anak bangsa, adalah robot untuk membantu manusia, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Lelaki jebolan Teknik Komputer Universitas Bina Nusantara ini berpandangan, robot karya anak bangsa telah banyak mendapat sokongan berkat kepedulian beberapa pihak. "Terlebih ilmu robotika mulai menjadi ekstrakurikuler di sejumlah sekolah," imbuhnya.Prospek bisnis robot yang mengarah ke industri juga mulai terlihat dengan adanya wadah komunitas robotika. "Harga jual robot yang minimalnya Rp 5 juta per unit menjadi ladang menarik bagi perancang robot untuk berkarya," kata Frederick.
Ayo berlomba menciptakan robot
Minat menciptakan robot mulai mewabah di kalangan anak-anak usia dini. Maka itu, sekolah merakit dan membuat robot di Indonesia terus bermunculan. Bisnis robot yang kini mulai membentuk industri memiliki prospek cerah di negeri kita.Robot berasal dari kata robota yang berarti budak. Ia diciptakan memang untuk membantu manusia dalam melakukan pelbagai aktivitas sehari-hari. Robot pun mulai hadir menyerupai manusia. Misalnya, ASIMO buatan Honda Motor Corp., produsen mobil asal Jepang.Belakangan, robot juga dibekali kecerdasan. Orang pun terus berlomba-lomba melahirkan robot-robot baru yang makin canggih. Pengetahuan dan kreativitas menjadi dua hal penting dalam pembuatan robot.Minat membuat robot juga tumbuh di kalangan anak-anak Indonesia. Sekolah robot pun mulai bermunculan di Tanah Air. Salah satunya, Robotic World Explorer atau Rumah Robot di Thamrin City, pusat perbelanjaan di Jakarta.Rumah Robot mengklaim sebagai pusat pameran, pembelajaran, penelitian, dan pengembangan pembuatan robot pertama di dunia. Hanya saja, robot-robot yang dipamerkan dan dijual masih merupakan produk impor dari Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Prancis.Tapi, Chief Executive Officer (CEO) Rumah Robot Jully Tjindrawan menargetkan, dalam beberapa bulan ke depan, ruang pameran di Rumah Robot akan berisi robot-robot hasil karya anak bangsa yang belajar merakit robot di Rumah Robot.Menurut Jully, menciptakan robot tidak butuh ketrampilan khusus atau bakat luar biasa. Hanya perlu tekad kuat dan keberanian mencoba. Tapi, pembuat robot mesti paham mekanik, elektronik, dan computing dulu. "Ketiga hal ini penting untuk mendorong pembuat robot dapat membuat software robot, membangun, serta memodifikasi mesin-mesin yang terprogram, juga untuk membuat robot lebih dinamis," kata dia.Ditambah, perlu latihan rutin agar si pembuat robot lekas mahir. Nah, Rumah Robot menyediakan latihan satu kali sepekan dengan waktu belajar satu jam. Bobot pelatihan adalah 60% praktek dan sisanya yang 40% adalah teori. Tim pengajarnya ahli teknologi robotika.Bayangan cara pembuatan robot dengan bahasa pemrograman yang rumit tidak berlaku di sini. Rumah Robot memanfaatkan software komputer untuk membentuk robot yang hendak dibuat. Makanya, anak berusia tiga tahun pun bisa mulai belajar membuat robot sambil melatih saraf motoriknya. Bertekad menjadikan robot sebagai mata pelajaran atau paling tidak kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah di Indonesia, Jully pun mengajak anak-anak untuk belajar merakit robot di Rumah Robot.Rumah Robot mematok biaya pelatihan membuat robot Rp 3 juta per bulan dengan waktu belajar dua jam per pekan. Biaya ini sudah termasuk modul belajar dan software.Untuk sekadar berkunjung ke Rumah Robot, Jully mengenakan tiket masuk sebesar Rp 150.000 per orang atau sekitar Rp 5 juta per tahun untuk anggota.Rumah Robot yang mendapat dukungan dari NAO Foundation asal Prancis akan konsisten mencetak pencipta-pencipta robot baru, serta merangkul komunitas pencinta robot. Orientasinya tak sekadar mencari keuntungan semata, tapi juga untuk kemajuan robot Indonesia.Sekolah robot yang lain, Robotic Education Centre, yang sudah berdiri sejak 2005 lalu memperkenalkan teknologi robotik pada anak usia 8 hingga 18 tahun. "Pertumbuhan siswa kami mencapai 10% per kuartal," kata Wisnu, Pelaksana Harian Robotic Education Centre di Taman Modern, Cakung, Jakarta Timur. Mereka mematok harga kursus Rp 300.000 per bulan. Saat ini, Robotic Education Centre memiliki 50 siswa.Untuk menjaga kualitas pengajaran, Wisnu membatasi empat siswa per kelas dengan tenaga pengajar profesional di bidang komputer dan kelistrikan. Sistem pembelajarannya menggunakan panduan kurikulum yang mengenalkan robot dengan kombinasi konstruksi mesin.Bahan baku pembuatan robot juga sudah lulus standar kesehatan anak. Misalnya, Lego Education yang tidak memakai logam berbahaya. Siswa pun bisa membawa pulang robot-robot buatan mereka. Namun, untuk mendirikan sekolah robot, Jully mengungkapkan, investasinya sangat besar. Apalagi, Rumah Robot juga berfungsi sebagai sebagai pusat pameran, penelitian, dan pengembangan. Sayang, ia tidak menyebut angka pastinya.Cuma, Jully mengatakan, bisnis robot di Indonesia belum mendapat tempat yang istimewa karena pemahaman masyarakat masih kurang. Meski demikian, Frederick, perancang robot di Rumah Robot mengungkapkan, perkembangan dunia robotika di Indonesia mulai membuatnya gembira. Ia melihat dua tahun terakhir antusiasme pelajar dan mahasiswa terhadap robot meningkat sekitar 50%. Robot buatan Indonesia juga sering menjuarai lomba bertaraf internasional. Karena, karakteristik robot-robot buatan anak bangsa, adalah robot untuk membantu manusia, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Lelaki jebolan Teknik Komputer Universitas Bina Nusantara ini berpandangan, robot karya anak bangsa telah banyak mendapat sokongan berkat kepedulian beberapa pihak. "Terlebih ilmu robotika mulai menjadi ekstrakurikuler di sejumlah sekolah," imbuhnya.Prospek bisnis robot yang mengarah ke industri juga mulai terlihat dengan adanya wadah komunitas robotika. "Harga jual robot yang minimalnya Rp 5 juta per unit menjadi ladang menarik bagi perancang robot untuk berkarya," kata Frederick.