NUSA DUA. ASEAN dan China memantapkan babak akhir kesepakatan kerja sama ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) dalam pertemuan KTT ASEAN ke-19 di Bali, pekan ini. Di pertemuan itu, ASEAN dan China meneken perjanjian paket kedua komitmen khusus perjanjian di bidang jasa, mendirikan ASEAN-China Center, dan sepakat akan melanjutkan pertemuan komite bersama untuk membahas masalah dagang yang masih menggantung.Dengan meneken paket kedua komitmen-komitmen khusus dalam ASEAN-China Trade in Services Agreement, ASEAN dan China menuntaskan pembahasan kerja sama perdagangan di antara mereka. Paket kedua ini meliputi berbagai sektor jasa yang akan dibuka antara ASEAN dan China. “Dengan ini sudah selesai dengan China,” kata Gusmardi Bustami, Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan. Artinya, FTA antara China dan ASEAN sudah lengkap dan berlaku penuh.Namun, kelanjutan pembahasan antara China dan Indonesia belum usai. Pada Maret 2012, kedua pihak akan kembali mengadakan Joint Commission Meeting Indonesia-China. Komite bersama ini akan melanjutkan pembahasan isu-isu perdagangan yang masih menggantung seperti yang pernah dilakukan sebelumnya pada tahun 2010 di Yogyakarta. “Misalnya bagaimana membuat perdagangan kedua pihak seimbang. Kalau kita minus signifikan, mereka harus membantu misalnya melakukan promosi perdagangan produk kita, capacity building, dan lainnya. Begitu juga sebaliknya, kita wajib bantu kalau mereka minus,” jelas dia.Gusmardi membantah bahwa hasil pertemuan bersama Yogyakarta belum berjalan sehingga defisit perdagangan masih menganga. Ada permasalahan perbedaan penghitungan data. Data impor Indonesia dari China versi Indonesia tak sama dengan milik China. Versi China, tentu saja, tak setinggi versi Indonesia. “Menurut mereka defisit kita hanya ratusan juta, jauh dari versi kita yang US$ 5 miliar,” ungkapnya.Benar saja, pihak China melihat Indonesia juga mendapat untung dari ACFTA. Duta Besar China untuk Indonesia Zhang Qiyue mengatakan, produk Indonesia kini mengalir lebih banyak ke China, bahkan produk manufaktur.“Melihat perdagangan jangan hanya melihat neracanya saja, tapi juga total volume. Jika Anda melihat kenaikan totalnya, pertumbuhan ekspor Indonesia ke China justru lebih cepat ketimbang ekspor China ke Indonesia,” tuturnya di sela pertemuan ASEAN Business and Investment Summit, Jumat (18/11). Ia bilang, jika melihat statistik, tahun ini ekspor Indonesia ke China justru tumbuh 50%, melebihi pertumbuhan ekspor China ke Indonesia.Hasil pertemuan bilateralIndonesia tak mendapat jadwal pertemuan bilateral dengan China di KTT ASEAN kemarin. Namun, pertemuan bilateral kedua negara sempat berlangsung di APEC Honolulu, dua pekan lalu.Gusmardi mengungkapkan, ada tiga poin utama yang dibahas di pertemuan bilateral RI-China itu. Pertama, proses penyelesaian pembukaan kantor Bank Mandiri di Shanghai. Usaha membuka kantor bank ini di China sudah berjalan sejak tiga sampai empat tahun lalu. Malang, hingga kini belum ada hasilnya karena terkendala birokrasi di China. “Padahal dengan adanya bank Mandiri di sana, trade financing pengusaha akan lebih mudah,” kata dia.Kedua, membereskan masalah ekspor sarang burung walet Indonesia ke China. Pasalnya, China setahun terakhir ini mulai mengetatkan standardisasi untuk sarang burung walet khususnya yang berwarna merah. “Karena ada kasus produk Malaysia itu warna merahnya bukan alami tapi pewarna,” ujarnya.Indonesia berusaha menego standar itu tak dikenakan bagi pengusaha Indonesia. Sebab, pada perjanjian sebelumnya standar tersebut tidak ada.Ketiga, Indonesia mendesak agar boleh membangun kantor Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC) di Shanghai. Niat ini sudah disampaikan sejak setahun dua tahun lalu, namun China menolak. Alasannya, tak ada perwakilan diplomatik Indonesia di kota itu.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Babak terakhir kesepakatan ASEAN-China FTA
NUSA DUA. ASEAN dan China memantapkan babak akhir kesepakatan kerja sama ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) dalam pertemuan KTT ASEAN ke-19 di Bali, pekan ini. Di pertemuan itu, ASEAN dan China meneken perjanjian paket kedua komitmen khusus perjanjian di bidang jasa, mendirikan ASEAN-China Center, dan sepakat akan melanjutkan pertemuan komite bersama untuk membahas masalah dagang yang masih menggantung.Dengan meneken paket kedua komitmen-komitmen khusus dalam ASEAN-China Trade in Services Agreement, ASEAN dan China menuntaskan pembahasan kerja sama perdagangan di antara mereka. Paket kedua ini meliputi berbagai sektor jasa yang akan dibuka antara ASEAN dan China. “Dengan ini sudah selesai dengan China,” kata Gusmardi Bustami, Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan. Artinya, FTA antara China dan ASEAN sudah lengkap dan berlaku penuh.Namun, kelanjutan pembahasan antara China dan Indonesia belum usai. Pada Maret 2012, kedua pihak akan kembali mengadakan Joint Commission Meeting Indonesia-China. Komite bersama ini akan melanjutkan pembahasan isu-isu perdagangan yang masih menggantung seperti yang pernah dilakukan sebelumnya pada tahun 2010 di Yogyakarta. “Misalnya bagaimana membuat perdagangan kedua pihak seimbang. Kalau kita minus signifikan, mereka harus membantu misalnya melakukan promosi perdagangan produk kita, capacity building, dan lainnya. Begitu juga sebaliknya, kita wajib bantu kalau mereka minus,” jelas dia.Gusmardi membantah bahwa hasil pertemuan bersama Yogyakarta belum berjalan sehingga defisit perdagangan masih menganga. Ada permasalahan perbedaan penghitungan data. Data impor Indonesia dari China versi Indonesia tak sama dengan milik China. Versi China, tentu saja, tak setinggi versi Indonesia. “Menurut mereka defisit kita hanya ratusan juta, jauh dari versi kita yang US$ 5 miliar,” ungkapnya.Benar saja, pihak China melihat Indonesia juga mendapat untung dari ACFTA. Duta Besar China untuk Indonesia Zhang Qiyue mengatakan, produk Indonesia kini mengalir lebih banyak ke China, bahkan produk manufaktur.“Melihat perdagangan jangan hanya melihat neracanya saja, tapi juga total volume. Jika Anda melihat kenaikan totalnya, pertumbuhan ekspor Indonesia ke China justru lebih cepat ketimbang ekspor China ke Indonesia,” tuturnya di sela pertemuan ASEAN Business and Investment Summit, Jumat (18/11). Ia bilang, jika melihat statistik, tahun ini ekspor Indonesia ke China justru tumbuh 50%, melebihi pertumbuhan ekspor China ke Indonesia.Hasil pertemuan bilateralIndonesia tak mendapat jadwal pertemuan bilateral dengan China di KTT ASEAN kemarin. Namun, pertemuan bilateral kedua negara sempat berlangsung di APEC Honolulu, dua pekan lalu.Gusmardi mengungkapkan, ada tiga poin utama yang dibahas di pertemuan bilateral RI-China itu. Pertama, proses penyelesaian pembukaan kantor Bank Mandiri di Shanghai. Usaha membuka kantor bank ini di China sudah berjalan sejak tiga sampai empat tahun lalu. Malang, hingga kini belum ada hasilnya karena terkendala birokrasi di China. “Padahal dengan adanya bank Mandiri di sana, trade financing pengusaha akan lebih mudah,” kata dia.Kedua, membereskan masalah ekspor sarang burung walet Indonesia ke China. Pasalnya, China setahun terakhir ini mulai mengetatkan standardisasi untuk sarang burung walet khususnya yang berwarna merah. “Karena ada kasus produk Malaysia itu warna merahnya bukan alami tapi pewarna,” ujarnya.Indonesia berusaha menego standar itu tak dikenakan bagi pengusaha Indonesia. Sebab, pada perjanjian sebelumnya standar tersebut tidak ada.Ketiga, Indonesia mendesak agar boleh membangun kantor Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC) di Shanghai. Niat ini sudah disampaikan sejak setahun dua tahun lalu, namun China menolak. Alasannya, tak ada perwakilan diplomatik Indonesia di kota itu.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News