Badai Akhir Musim Dapat Mengganggu Produksi 4 Juta Barel Minyak AS



KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Badai tropis akhir musim yang diprediksi akan meningkat menjadi badai kategori 2 di Teluk Meksiko, Amerika Serikat (AS) pekan ini dapat mengurangi produksi minyak AS sekitar 4 juta barel, kata para peneliti.

Badai Rafael berada di Laut Karibia pada Senin (4/11) malam dan diperkirakan akan memasuki Teluk Meksiko melalui jalur yang membawanya melalui daerah-daerah penghasil minyak utama. Angin dapat mencapai 161 km per jam pada hari Rabu, kata Pusat Badai Nasional AS.

"Produsen minyak AS dapat kehilangan antara 3,1 juta dan 4,9 juta barel minyak," kata firma analisis energi Earth Science Associates yang menggunakan model yang memperkirakan kehilangan volume terhadap intensitas dan jalur badai sebelumnya.


Kerugian produksi gas alam dapat berkisar antara 4,56 miliar dan 6,39 miliar kaki kubik, menurut hitungan Earth Science. "Bagian atas mengasumsikan kerusakan struktural yang memperpanjang penghentian produksi," kata Tony Dupont, kepala operasi Earth Science seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Harga Minyak Naik di Hari Kelima pada Selasa (5/11) Setelah Terbang Hampir 3%

Shell dan Chevron pada hari Senin mengatakan mereka memindahkan personel yang tidak penting ke darat dari beberapa anjungan sebelum badai. Shell mengatakan pihaknya menghentikan beberapa aktivitas pengeboran dan ada dampak pada produksi. Chevron mengatakan produksi minyak dan gas rutin tidak terpengaruh.

Model Earth Science memperkirakan Rafael akan mengalami dampak terbesar kedua dari badai tahun ini pada produksi lepas pantai, setelah badai Francine, yang menghentikan hingga 42% minyak dan 52% produksi gas alam.

Raphael, badai ke-17 yang diberi nama pada musim badai Atlantik, berada di jalur yang akan membawanya melewati area Teluk yang banyak terdapat anjungan minyak dan gas. Musim badai berlangsung hingga 30 November.

Ada 10 badai Atlantik yang diberi nama terbentuk tahun ini sejak 24 September, sebuah rekor untuk periode tersebut, menurut ahli meteorologi Universitas Negeri Colorado Phil Klotzbach.

Editor: Wahyu T.Rahmawati