Badai di Eropa mengundang beruang di Asia



JAKARTA. Sesuai prediksi kemarin, seluruh bursa saham di kawasan regional Asia terpuruk cukup dalam, membuka pekan ini. MSCI Asia Pacific Index langsung tergerus 1,9% ke level 114,48, Senin (23/7).

Bursa-bursa utama di Asia, seperti Hang Seng Index kehilangan 587,33 poin atau anjlok 2,99% menjadi 19.053,47. Penurunan bursa saham di Hong Kong ini merupakan yang terdalam di antara bursa-bursa saham lain di Asia. Indeks Nikkei 225 tergerus 161,55 poin, terlempar ke level 8.508,32. Demikian juga bursa Kospi, Korea Selatan, yang turun 1,84%.

Harga saham-saham kakap, seperti Samsung, Electronic, BHP Biliton, HSBC Holdings, juga produsen alat berat Komatsu, berguguran dan menyeret penurunan bursa saham.


Pemicunya, kecemasan yang kembali meruyak seiring kondisi terakhir krisis utang di Eropa. Bursa di kawasan regional juga jatuh akibat proyeksi pesimistis bank sentral China tentang pertumbuhan ekonomi negeri ini.

Kecemasan terhadap krisis Eropa, terutama berfokus pada kondisi Yunani. Pasar berspekulasi, Negeri Para Dewa itu tidak akan memenuhi target bailout. Para pembuat kebijakan akan bertemu di Athena, Yunani, esok. "Jika Yunani tidak memenuhi persyaratan, maka tidak akan ada lagi pembayaran," Phillip Roesler, Wakil Kanselir Jerman, seperti dikuti Bloomberg, kemarin (23/7).

Para analis memperkirakan, tekanan atas bursa saham di Asia masih akan berlangsung dalam beberapa hari mendatang. "Sepekan ke depan, bursa regional masih terbakar," kata Jeff Tan, Kepala Riset Sinarmas Securities.

Selain Yunani, perhatian para pelaku pasar juga terpaku pada Spanyol. Dana pemerintah Negeri Matador itu diperkirakan masih kurang untuk meredam gejolak pasar. Yield obligasi Spanyol tenor 10 tahun menembus 7,4%. Volatilitas di pasar pun makin hebat. "Semoga saja tidak sampai ke level 8%, karena pasar bisa makin tidak kondusif," harap Jeff.

Janson Nasrial, analis AM Capital, menambahkan, pekan ini akan menjadi pekan yang berat bagi bursa regional. Sentimen Yunani masih akan memberatkan gerak indeks saham di Asia. "Perkiraan penjualan aset negara yang molor bisa menjadi sentimen negatif ke pasar," katanya.

Prediksi Janson, fase bearish bursa kawasan akan berlangsung 10 hari ke depan. Namun, negara dengan ketergantungan ekspor kecil, seperti Indonesia dan Filipina, akan relatif kecil terimbas turbulensi. "China akan rebound di kuartal III seiring dengan kebijakan moneter yang akomodatif," imbuh Janson.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ruisa Khoiriyah