Badai el nino kerek harga jual minyak sawit mentah



JAKARTA. Badai El Nino yang diperkirakan datang bulan Juli ditanggapi santai oleh pengusaha kelapa sawit. Bayang-bayang penurunan produksi minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) tahun depan diyakini tak bakal menurunkan pendapatan perusahaan. Anggapan melemahnya produksi CPO bakal mengerek harga jual bahkan sudah berkembang. Ini sejalan dengan hukum ekonomi dimana saat ketersediaan terbatas, maka harga naik. Tak ayal kondisi ini membuat harga CPO bakal terus mendaki hingga tahun depan.Devian Antonio Ridwan, Direktur Keuangan PT Provident Agro Tbk mengatakan, harga CPO tahun ini naik drastis ketimbang tahun lalu. Tren kenaikan terjadi akibat realisasi produksi CPO setahun lalu. Kondisi ini bisa kembali berulang hingga 2015 mendatang. "Tahun lalu, harga CPO kami bisa naik 37%," terangnya kepada KONTAN, akhir pekan lalu. Ia memprediksi kejadian serupa bisa terulang sekalipun terjadi El Nino. Sebagai catatan, hingga Juni, harga CPO mencapai Rp 8.836 per kilogram (kg) atau naik 36,9% dibandingkan dengan harga bulan Juni 2013.Meski belum menghitung, pendapatan perusahaan diyakini naik. Lihat saja perolehan perusahaan pada kuartal 1-2014 yang naik hingga 60% menjadi Rp 244,4 miliar.Hal serupa pun terjadi pada PT Bakrie Sumatra Plantantions Tbk. Bakrie melihat efek badai El Nino menjadi kesempatan perusahaan untuk mendulang pendapatan. Saat ini saja, harga CPO anak usaha Group Bakrie ini telah terkerek 50% dalam enam bulan terakhir. Perusahaan pun optimis di akhir tahun, harga CPO bertengger di posisi Rp 9.000 per kg. M. Iqbal Zainuddin, Direktur Bakrie Sumatra Plantantions mengatakan, penurunan produksi tak hanya di Indonesia tapi di negara ASEAN yang menjadi pemasok CPO dunia. Alhasil, ketersedian CPO dunia menurun saat permintaan dunia justru tinggi.Walaupun begitu, Kementerian Pertanian (Kemtan) tetap menghimbau pelaku industri CPO untuk mulai mengantisipasi dampak kemarau panjang. Gamal Nasir, Dirjen Perkebunan Kementrian Pertanian menghitung, Badai El Nino yang terjadi sepanjang Juli hingga November akan menurunkan produksi CPO hingga 15% dan terasa pada tahun 2015.Selain kekeringan, kewaspadaan lain yang dihadapi adalah kebakaran lahan. Untuk itu, Kemtan mengandeng Pemerintah Daerah setempat membangun lumbung-lumbung air sebagai antisipasi. "Pihak swasta yang juga berkepentingan telah memulai menampung air sejak awal tahun lalu," imbuh Gamal, Rabu (2/7).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Yudho Winarto