KONTAN.CO.ID - Sempat melambat, harga minyak berangsur terlihat menguat. Pemicunya, dadai Irma yang menerpa Amerika Serikat menyebabkan gangguan operasi. Senin (11/9), per pukul 18.12 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Oktober 2017 di New York Mercantile Exchange naik 0,76% ke level US$ 47,84 per barel dibanding penutupan pekan lalu. Penyebab kenaikan ini adalah akibat sapuan badai Irma yang menyebabkan tiga sumur pengeboran minyak Amerika Serikat berhenti beroperasi, menyisakan 756 sumur. "Ini mempengaruhi produksi dan mengangkat harga minyak menjadi level saat ini," jelas Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar saat dihubungi KONTAN, Senin (11/9). Sebagai salah satu negara dengan produksi minyak yang besar, kontribusi AS dapat mempengaruhi neraca perdagangan. Walau demikian, Deddy melihat produksi dari negara Paman Sam masih terlihat cukup stabil di 9 juta- 9,5 juta barel per hari. "Tapi ada potensi di 2018 nanti AS bisa produksi sampai 10 juta barel per hari," jelas Deddy. Ia menjelaskan saat ini AS telah menggelontorkan investasi di sektor pengeboran untuk memacu produksi minyak. Bila target tersebut tercapai, harga minyak berpotensi terkoreksi sampai kuartal pertama tahun depan. Pacu produksi AS bisa jadi sebagai respon dari wacana pelanjutan pembatasan produksi yang bakal dilakukan Arab Saudi. Negara tersebut terikat oleh perjanjian negara OPEC dan sejumlah non-OPEC yang tengah berkomitmen untuk mengurangi produksi untuk menaikkan harga minyak. "Tapi dari Arab Saudi ini yang belum jelas akan mengekang berapa produksinya," tukas Deddy. Maka ia melihat untuk perdagangan depan, akan ada sentimen tarik menarik dari AS dan Arab Saudi. Secara teknikal indikator menunjukkan adanya kans pelemahan harga minyak. Indikator harga telah bergerak diatas moving average (MA) 50 dan MA 100, namun dibawah MA 200 yang menunjukkan harga rentan tertekan. Stochastik di area 48 dan Relative Strength Index (RSI) di level 49 cenderung melemah. Sedangkan Moving Average Convergent Divergent (MACD) satu-satunya yang positif. Deddy memproyeksi hari ini harga akan berada di kisaran US$ 47 per barel - US$ 48,12 per barel. Sedangkan untuk sepekan, harga akan bergerak dalam rentang US$ 46.40 per barel - US$ 48,50. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Badai Irma mendidihkan harga minyak WTI
KONTAN.CO.ID - Sempat melambat, harga minyak berangsur terlihat menguat. Pemicunya, dadai Irma yang menerpa Amerika Serikat menyebabkan gangguan operasi. Senin (11/9), per pukul 18.12 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Oktober 2017 di New York Mercantile Exchange naik 0,76% ke level US$ 47,84 per barel dibanding penutupan pekan lalu. Penyebab kenaikan ini adalah akibat sapuan badai Irma yang menyebabkan tiga sumur pengeboran minyak Amerika Serikat berhenti beroperasi, menyisakan 756 sumur. "Ini mempengaruhi produksi dan mengangkat harga minyak menjadi level saat ini," jelas Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar saat dihubungi KONTAN, Senin (11/9). Sebagai salah satu negara dengan produksi minyak yang besar, kontribusi AS dapat mempengaruhi neraca perdagangan. Walau demikian, Deddy melihat produksi dari negara Paman Sam masih terlihat cukup stabil di 9 juta- 9,5 juta barel per hari. "Tapi ada potensi di 2018 nanti AS bisa produksi sampai 10 juta barel per hari," jelas Deddy. Ia menjelaskan saat ini AS telah menggelontorkan investasi di sektor pengeboran untuk memacu produksi minyak. Bila target tersebut tercapai, harga minyak berpotensi terkoreksi sampai kuartal pertama tahun depan. Pacu produksi AS bisa jadi sebagai respon dari wacana pelanjutan pembatasan produksi yang bakal dilakukan Arab Saudi. Negara tersebut terikat oleh perjanjian negara OPEC dan sejumlah non-OPEC yang tengah berkomitmen untuk mengurangi produksi untuk menaikkan harga minyak. "Tapi dari Arab Saudi ini yang belum jelas akan mengekang berapa produksinya," tukas Deddy. Maka ia melihat untuk perdagangan depan, akan ada sentimen tarik menarik dari AS dan Arab Saudi. Secara teknikal indikator menunjukkan adanya kans pelemahan harga minyak. Indikator harga telah bergerak diatas moving average (MA) 50 dan MA 100, namun dibawah MA 200 yang menunjukkan harga rentan tertekan. Stochastik di area 48 dan Relative Strength Index (RSI) di level 49 cenderung melemah. Sedangkan Moving Average Convergent Divergent (MACD) satu-satunya yang positif. Deddy memproyeksi hari ini harga akan berada di kisaran US$ 47 per barel - US$ 48,12 per barel. Sedangkan untuk sepekan, harga akan bergerak dalam rentang US$ 46.40 per barel - US$ 48,50. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News