Badai Matahari atau Geomagnetik Menjangkau Bumi Dua Hari Ini, Masih Kategori Ringan



KONTAN.CO.ID - Badai Mataharu atau Geomagnetik menjangkau Bumi dalam dua hari ini (14 dan 15 Maret 2022). Masih dalam kategori ringan, aurora dikabarkan terlihat di wilayah New York dan Idaho, AS menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasinoal (NOAA).

Baru-baru ini fenomena astronomi yang merupakan cuaca di antarikasa sedang terjadi. Mengutip dari Live Science, badai Matahari atau disebut juga Geomagnetik ringan ini terjadi pada hari Senin dan Selasa (14 dan 15 Maret 2022).

Badai Matahari ini terjadi setelah suar (ledakan besar di atmosfer Matahari) sedang meledak keluar dari atmosfer matahari beberapa hari yang lalu, seperti yang dilaporkan badan cuaca pemerintah di AS dan Inggris.


Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional atau National OCeanic and Atmospheric Administration (NOAA) di AS, badai Matahari ini tidak menyebabkan kerusakan di Bumi. Kemungkinan akan mengacaukan transmisi radio dan mempengaruhi stabilitas jaringan listrik di lintang tinggi.

Sementara itu, di wilayah lintang rendah aurora borelalis akan terlihat, mungkin sejauh selatan New York dan Idaho di AS, demikian yang disampaikan NOAA.

Sebagai tambahan informasi, badai Matahari atau Geomagnetik atau juga disebut badai magnet adalah fenomena cuaca antariksa yang terjadi ketika pertukaran energi yang efisien dari angin Matahari ke lingkungan luar angkasa sekitar Bumi.

Kabar baiknya badai Matahari ini tidak menimbulkan dampak yang berarti meskipun menjangkau Bumi. NOAA mengkategorikan badai Matahari yang datang sebagai kategori G2 (sedang) pada hari Senin (14/03/2022) dan G1 (minor) pada hari Selasa (15/03/2022).

NOAA juga menambahkan bahwa Bumi kerap kali mengalami lebih dari 2.000 badai Matahari kategori G1 dan G2 setiap dekade. Sementara itu, badai Matahari yang tengah terjadi saat ini merupakan ringan, badai G2 terbaru menyerempet Bumi pada hari Minggu (13/03/2022) dan tidak menimbulkan masalah.

Baca Juga: Bumi Mungkin Punya Kembaran yang Jaraknya Cukup Dekat dengan Tata Surya

Apa dampak dari Badai Matahari?

Sebagain besar badai Matahari atau Geomagnetik ini bersifat ringan. Hanya merusak teknologi di ruang angkasa atau pada garis lintang yang sangat tinggi, seperti yang disampaikan oleh NOAA. Tetapi semburan yang lebih besar dapat memicu badai yang jauh lebih ekstrem, seperti perstiwa Carrington 1859 yang terkenal.

Peristiwa tersebut menyebabkan arus listrik begitu kuat sehingga peralatan telegraf meledak, menurut NASA.

Beberapa ilmuwan telah memperingatkan bahwa badai Matahari lain dengan ikuran itu dapat membuat terjadinya "kiamat internet" di Bumi. Hal ini berdampak pada negara-negara yang ada di dunia akan offline selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, seperti yang dilaporkan Live Science sebelumnya.

Baca Juga: Yuk Cari Tahu! Apa Benda Langit yang Memiliki Orbit di antara Planet Mars & Jupiter

Selain menimbulkan dampak terhadap jaringan listrik hingga kiamat internet, badai Matahari juga memunculkan Aurora.

Matahari kabarnya telah memuntahkan CME (pelepasan massa korona) hampir setiap hari sejak pertengahan Januari, meskipun tidak semua telah melintasi jalur dengan Bumi, menurut laporan NOAA.

Siklus aktivitas 11 tahun Matahari yang dikenal sebagai Solar Maximum berikutnya akan terjadi sekitar Juli 2025. Pada saat itulah aktivitas Matahari cenderung meningkat sepanjang waktu.