Badai PHK Hantui Industri Tekstil, Sri Mulyani Angkat Bicara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) kian menghantui para buruh. Misalnya PT Fotexco Busana International yang dikabarkan melakukan PHK terhadap sejumlah karyawannya.

Isu PHK massal di industri tekstil tersebut juga sampai ke telinga Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Ia mengatakan, pihaknya akan memonitor dan mencari tahu penyebab terjadinya badai PHK di industri tekstil tersebut.

Selain itu, Kementerian Keuangan juga akan berkoordinasi dengan kementerian lainnya seperti Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk melakukan monitoring.


"Kita tadi melihat ya terutama di sektor tekstil, kita menyampaikan bahwa fenomena ini akan terus kita monitoring secara spesifik bersama dengan kementerian/lembaga yang lain," ujar Sri Mulyani dalam konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (3/11).

Baca Juga: Dorong Hilirisasi Komoditas, Sri Mulyani Dukung Pajak Ekspor Nikel

Hanya saja Sri Mulyani menanggapi, di tengah ramainya isu PKH massal tersebut, kinerja industri tekstil justru mengalami perbaikan. Sebut saja untuk ekspor produk tekstil seperti pakaian dan aksesori rajutan mengalami kenaikan 19,4% secara tahunan alias year on year (YoY) hingga September 2022.

Sementara itu, produk aksesori non rajutan juga mengalami pertumbuhan 37,5% YoY, serta produk alas kaki tumbuh 41,1%.

"Jadi dalam hal ini kami melihat bahwa ekspor untuk beberapa produk-produk tekstil rajutan, non rajutan, maupun alas kaki masih cukup tinggi," katanya.

Oleh karena itu, Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah akan terus mendorong pertumbuhan industri tekstil dengan menggunakan instrumen fiskal. Pasalnya, jika penyebab PHK tersebut dikarenakan ekspor yang menurun, malah berdasarkan data masih cukup baik.

Namun, dirinya masih akan melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga lain untuk mencari tahu penyebab badai PHK tersebut. Terlebih lagi, adanya fenomena relokasi pabrik memungkinkan menjadi pemicu badai PHK di industri tekstil.

"Ini masih akan kita perhatikan secara detail fenomena dari relokasi posisi manufaktur di Indonesia, terutama dari daerah yang upahnya tinggi ke daerah yang upahnya relatif rendah sehingga ini juga terlihat PHK di satu daerah namun muncul kesempatan kerja di daerah yang lain," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi