Badai PHK Mengancam, Industri Mebel Minta Pemerintah Lakukan Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) berharap, Pemerintah dapat mempercepat penyaluran kredit dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), terutama bagi para eksportir. Harapannya, langkah ini bisa membantu industri mebel dan kerajiban dapat terselamatkan dari badai pemutusan hubungan kerja (PHK).

Ketua Presidium HIKMI Abdul Sobur mengatakan, saat ini industri padat karya terimbas dampak buruknya situation ekonomi global. Alhasil, kinerja ekspor tak mampu maksimal.

“Pemerintah sudah punya instrumen, program yang sangat strategis dan bisa meringankan beban perusahaan utamanya yg berorientasi ekspor yakni dengan menambah volume Ekspor dan mempercepat kredit LPEI bagi para eksportir ini akan menolong banyak. Selain bunga murah juga jangka waktu bisa lebih lama. Program ini bisa mengarahkan perusahaan untuk memasuki pasar baru non tradisional dengan skema bunga murah,” kata Abdul kepada Kontan.co.id, Selasa (8/11).


Baca Juga: Hingga September 2022 Jumlah Pekerja yang Mengalami PHK Capai 10.762 Orang

Rencana Pemerintah untuk memberikan bantuan yakni dengan rekstrukturisasi kredit diakui Abdul memang dibutuhkan Industri padat karya saat ini, namun hal ini saja tidak cukup untuk membantu menyelamatkan industri.

Abdul bilang “Sebagian besar perusahaan utamanya sektor padat karya memang butuh rekstrukturisasi dengan kondisi ekonomi yang tidak kondusif saat ini. Namun bila pemerintah betul betul totalitas membantu harus bersifat jangka panjang, bukan sekedar rekstrukturisasi kredit dan keringanan angsuran saja,” katanya.

Baca Juga: Kemenaker Siapkan 5 Langkah dalam Merespons Ancaman Resesi Global Tahun 2023

Lebih lanjut Abdul mengatakan Pemerintah juga perlu menambah volume Ekspor di Industri padat karya. Berdasarkan data HIMKI, ekspor periode Januari-September 2022 bertumbuh 7,8% dengan total US$ 2,71 milyar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 2,52 milyar.

Sementara itu dari sisi impor sepanjang periode Januari-September 2022 mengalami penurunan 9,9% menjadi US$ 796 juta dari periode yang sama sebelumnya US$ 883 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto