Badai Winter Tech Masih Berlangsung, Ini Dampaknya ke Kinerja Emiten Teknologi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten teknologi diprediksi masih prospektif di tengah badai winter techWinter tech di luar negeri cenderung terjadi di tengah momentum tingginya biaya pendanaan.

“Ini terjadi di saat era suku bunga naik tinggi sejalan dengan tingginya laju inflasi pasca berakhirnya pandemi,” ujar CEO Edvisor.id Praska Putrantyo kepada Kontan.co.id, Minggu (11/2).

Di saat yang bersamaan, masa keemasan terhadap produk jasa yang dihasilkan perusahaan-perusahaan berbasis teknologi yang menjadi andalan saat di tengah pandemi cenderung memudar. Terutama, setelah mobilitas masyarakat kembali normal seperti sebelum pandemi. 


Tak hanya itu, prospek ekonomi yang masih dalam tahap pemulihan juga menimbulkan ketidakpastian, sehingga investasi pada perusahaan startup berbasis teknologi juga mulai berkurang karena lebih selektif.

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Untuk Perdagangan Senin (12/2)

Namun, kondisi winter tech di luar negeri tidak mempengaruhi kondisi perusahaan-perusahaan berbasis teknologi di dalam negeri, khususnya yang bersifat non-startup. Sebab, model bisnis sudah relatif kuat. 

“Hanya saja, perlambatan kinerja masih dapat terjadi seiring dengan tantangan bisnis dan perubahan preferensi pasar,” ungkap Praska.

Di tahun 2024, prospek saham-saham teknologi masih bersifat netral. Ada potensi kebijakan moneter akan lebih longgar dengan penurunan suku bunga tahun ini.

“Namun, ada tantangan dalam menjaga margin dan persaingan segmen pasar menjadi pekerjaan rumah sendiri bagi emiten-emiten teknologi di dalam negeri,” tutur Praska.

Isu merger PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dengan Grab bisa membawa peningkatan margin dan nilai tambah bisnis secara keseluruhan.

“Hal ini dapat berdampak positif pada perbaikan kinerja emiten GOTO dalam jangka panjang. GOTO saat ini masih dalam tren peningkatan kinerja keuangan emiten,” papar dia.

Sementara, dampak merger kedua perusahaan itu bagi emiten-emiten sektor teknologi lainnya akan positif jika sinergi yang terjalin bagus.

“Jika hasilnya positif, maka juga dapat menjadi referensi atau katalis positif untuk emiten-emiten sektor teknologi lainnya untuk saling bersinergi agar dapat meminimalkan biaya dan menjaga margin,” ungkapnya.

Praska pun merekomendasikan buy untuk CASH dengan target harga Rp 160 per saham, AXIO dengan target harga Rp 230-Rp 250 per saham, dan PTSN dengan target harga Rp 260 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati