Badak Ekspor Elpiji Ke Korea Selatan



Jakarta. PT Badak NGL, operator elpiji kilang Bontang, akhirnya bisa mengekspor elpiji. Manajemen Badak NGL, mengakui, bahwa pihaknya sudah mengirimkan satu kargo elpiji ke pihak pembelinya di Korea Selatan pada 11 Agustus 2009 lalu.Direktur Utama PT Badak NGL Agus Haryanto, menjelaskan, komposisi elpiji yang dikirim ke Korea terdiri dari Propan (C3) sebanyak 37.000 m3 dan Butan (C4) sebanyak 38.000 m3. "Sesuai rencana penjualan, sampai akhir 2009 akan ada 9 kargo elpiji. Dua kargo untuk ekspor dan tujuh lainnya untuk pasokan domestik, kata Agus kepada KONTAN, Rabu (12/8).

Menurut Agus, setiap kargo terdiri dari sekitar 22.000 ton C3 dan 23.000 ton C4. "Dengan kemampuan kapasitas produksi saat ini, pengapalan bisa dilakukan setiap 3 minggu sekali," tambah Agus optimistis.Sayangnya, Agus enggan menyebutkan identitas pembeli elpiji asal Korea Selatan tersebut. "Wah pembeli pastinya kami tidak tahu. Tapi, yang jelas, ekspor ini dimenangi oleh Petredec, dan ekspor dilakukan karena Pertamina Gas Domestik tidak bisa mengambil kontrak pengiriman pada tanggal tersebut," kata Agus.Agus bilang, untuk jatah domestik semuanya akan diserap oleh Pertamina. "Sedangkan untuk ekspor, kami baru dapat info dari penjual setelah barang fix akan dikapalkan. Untuk ekspor berikutnya, kami belum tahu kapan dan kemana," jelasnya.Sementara itu, Deputi Operasi dan Pemasaran BP Migas Eddy Purwanto, menegaskan, secara keseluruhan alokasi produksi elpiji dari kilang Bontang sebanyak 400.000 MT tahun ini. 240.000 MT dialokasikan untuk pasar domestik dan semuanya sudah diserap Pertamina. Sementara 160.000 MT sisanya dialokasikan untuk diekspor.

Namun, Pertamina sebelumnya juga menyatakan berminat atas elpiji jatah ekspor tersebut."Tapi karena Pertamina tidak sanggup mengambil seluruhnya, maka sebagian diekspor. Kami terus coba agar Pertamina bisa ambil lagi sebagian," ujar Eddy.Sebelumnya, pada 4 Agustus lalu Pertamina secara resmi meneken perjanjian jual beli 240.000 MT elpiji produksi Kilang Bontang, Kalimantan Timur dengan Total E&P Indonesie dan Inpex selaku penjual. Jual beli yang berlaku sejak Juli sampai Desember 2009 tersebut bernilai total US$ 120 juta. Dimana Pertamina harus membayar US$ 500 per MT sesuai harga CP Aramco.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan