BONTANG. PT Badak NGL di Bontang, Kalimantan Timur atau yang akrab dikenal dengan Badak LNG terus mengalami penurunan produksi LNG atau gas alam cair yang diolahnya. Pada tahun 2001, Badak LNG sempat mencapai puncak produksinya dengan menghasilkan 22,5 juta metrik ton LNG per tahun (Mtpa). Namun saat ini, produksinya menurun drastis. Pihak Badak LNG sendiri belum merilis angka produksi saat ini, namun penurunan yang terjadi sangat tajam. Di Tahun 2010 saja sudah turun menjadi hanya 16,4 Mtpa. Senior Manager Corporate Communication Badak LNG Ferry Sulistyo Nugroho menyebutkan, pihaknya tidak ingin nasib Badak LNG akan berakhir seperti kilang LNG di Arun, Aceh. Ferry menyebutkan, kota Arun seolah sangat berbeda dibandingkan dengan ketika LNG Arun masih beroperasi. Saat ini Kilang di Arun dialihfungsikan menjadi terminal regasifikasi, atau kebalikan dari kilang LNG. Menyadari produksi LNG yang semakin merosot, Ferry melanjutkan, pihak Badak LNG sedang berupaya untuk menjaga eksistensi korporasi di masa datang. Menurutnya, Badak LNG ingin tetap menjadi bagian penting bagi masyarakat Bontang. "Kami sempat alami masa kejayaan di 2001. Dan pelan-pelan kita alami penurunan. Tapi tutup mungkin bisnis sumber daya alam. Tapi kami sedang berusaha untuk tetap eksis. Kalau SDA habis kita harus tetap ada," kata Ferry, di sela site visit media massa di Kompleks Badak LNG, Selasa (30/6). Bekali keterampilan Ferry mengungkapkan, salah satu upaya yang telah dilakukan oleh Badak LNG adalah pemberian pelatihan kepada masyarakat Bontang dalam bentuk community development. Artinya, masyarakat lokal diberikan keterampilan agar bisa tetap menjaga eksistensi Kota Bontang yang selama ini terkenal dengan sektor industrinya. "Kami berpikir ke depan Beyond LNG. Tidak harus LNG. Minyak pun kami bisa. Bisa bikin truk pemadam kebakaran. Kami bisa kembangkan bentuk industri lainnya di sini. Selain juga tentu dukungan untuk masyarakat," ujar Ferry. Community development yang dilakukan Badak LNG, lanjut Ferry, termasuk pemberian pelatihan di bidang industri kreatif seperti budidaya perikanan, kerajinan batik, dan juga pemberdayaan lingkungan. Untuk sektor industri skala besar, Ferry menyebut Badak LNG mampu memproduksi truk pemadam kebakaran yang bisa juga dikomersilkan. "Tapi penurunan produksi kan karena pasokan dari Mahakam berkurang. Dan kami berharap produksi Mahakam naik setelah dipegang Pertamina," ujar Ferry. Pemberian keterampilan bagi masyarakat, menurut Ferry penting untuk dilakukan agar warga Bontang ke depan bisa hidup secara mandiri. Badak LNG di masa depan, dirancang untuk menjadi kota yang tetap eksis dengan atau tanpa produksi LNG. "Seandainya kami tidak bisa menampung lagi karyawan yang ada, Mereka akan laku di mana-mana karena toh karyawan dan warga sudah terbekali," pungkasnya.
Badak LNG tak ingin bernasib seperti Arun
BONTANG. PT Badak NGL di Bontang, Kalimantan Timur atau yang akrab dikenal dengan Badak LNG terus mengalami penurunan produksi LNG atau gas alam cair yang diolahnya. Pada tahun 2001, Badak LNG sempat mencapai puncak produksinya dengan menghasilkan 22,5 juta metrik ton LNG per tahun (Mtpa). Namun saat ini, produksinya menurun drastis. Pihak Badak LNG sendiri belum merilis angka produksi saat ini, namun penurunan yang terjadi sangat tajam. Di Tahun 2010 saja sudah turun menjadi hanya 16,4 Mtpa. Senior Manager Corporate Communication Badak LNG Ferry Sulistyo Nugroho menyebutkan, pihaknya tidak ingin nasib Badak LNG akan berakhir seperti kilang LNG di Arun, Aceh. Ferry menyebutkan, kota Arun seolah sangat berbeda dibandingkan dengan ketika LNG Arun masih beroperasi. Saat ini Kilang di Arun dialihfungsikan menjadi terminal regasifikasi, atau kebalikan dari kilang LNG. Menyadari produksi LNG yang semakin merosot, Ferry melanjutkan, pihak Badak LNG sedang berupaya untuk menjaga eksistensi korporasi di masa datang. Menurutnya, Badak LNG ingin tetap menjadi bagian penting bagi masyarakat Bontang. "Kami sempat alami masa kejayaan di 2001. Dan pelan-pelan kita alami penurunan. Tapi tutup mungkin bisnis sumber daya alam. Tapi kami sedang berusaha untuk tetap eksis. Kalau SDA habis kita harus tetap ada," kata Ferry, di sela site visit media massa di Kompleks Badak LNG, Selasa (30/6). Bekali keterampilan Ferry mengungkapkan, salah satu upaya yang telah dilakukan oleh Badak LNG adalah pemberian pelatihan kepada masyarakat Bontang dalam bentuk community development. Artinya, masyarakat lokal diberikan keterampilan agar bisa tetap menjaga eksistensi Kota Bontang yang selama ini terkenal dengan sektor industrinya. "Kami berpikir ke depan Beyond LNG. Tidak harus LNG. Minyak pun kami bisa. Bisa bikin truk pemadam kebakaran. Kami bisa kembangkan bentuk industri lainnya di sini. Selain juga tentu dukungan untuk masyarakat," ujar Ferry. Community development yang dilakukan Badak LNG, lanjut Ferry, termasuk pemberian pelatihan di bidang industri kreatif seperti budidaya perikanan, kerajinan batik, dan juga pemberdayaan lingkungan. Untuk sektor industri skala besar, Ferry menyebut Badak LNG mampu memproduksi truk pemadam kebakaran yang bisa juga dikomersilkan. "Tapi penurunan produksi kan karena pasokan dari Mahakam berkurang. Dan kami berharap produksi Mahakam naik setelah dipegang Pertamina," ujar Ferry. Pemberian keterampilan bagi masyarakat, menurut Ferry penting untuk dilakukan agar warga Bontang ke depan bisa hidup secara mandiri. Badak LNG di masa depan, dirancang untuk menjadi kota yang tetap eksis dengan atau tanpa produksi LNG. "Seandainya kami tidak bisa menampung lagi karyawan yang ada, Mereka akan laku di mana-mana karena toh karyawan dan warga sudah terbekali," pungkasnya.