KONTAN.CO.ID - Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, menyebut semua pihak yang terlibat dalam konflik di Gaza sebulan terakhir adalah penjahat perang. Dalam hal ini, Turk menyoroti aksi penyanderaan oleh kelompok bersenjata Palestina dan serangan tentara Israel terhadap warga sipil Palestina. Mengutip
TASS, Turk menjelaskan bahwa kelompok bersenjata Palestina telah melakukan aksi keji, brutal dan mengejutkan pada 7 Oktober lalu. Di saat yang sama, balasan yang diberikan oleh Israel terhadap warga sipil Palestina juga setara dengan kejahatan perang.
"Kekejaman yang dilakukan oleh kelompok bersenjata Palestina keji, brutal dan mengejutkan, ini adalah kejahatan perang. Begitu juga dengan penyanderaan. Hukuman kolektif yang dilakukan Israel terhadap warga sipil Palestina juga merupakan kejahatan perang, begitu pula evakuasi paksa terhadap warga sipil," kata Turk di tengah kunjungannya ke pos pemeriksaan Rafah di perbatasan Mesir dengan Jalur Gaza, hari Rabu (8/11).
Baca Juga: Menteri Luar Negeri G7 Mendesak Adanya Jeda Kemanusiaan dalam Perang Israel-Hamas Turk menambahkan, situasi ini adalah situasi paling berbahaya yang pernah terjadi terhadap orang-orang di Gaza, Israel, Tepi Barat, dan juga secara regional. Turk juga mendesak semua pihak untuk menyetujui gencatan senjata sekarang juga sehingga tiga kewajiban hak asasi manusia yang penting dapat dipenuhi, yaitu hak untuk hidup, bebas, dan mendapatkan keamanan. "Saya menyerukan pengiriman bantuan yang cukup ke Gaza, pembebasan semua sandera dan memungkinkan ruang politik untuk akhirnya mengakhiri pendudukan, berdasarkan hak warga Palestina dan Israel untuk menentukan nasib sendiri," kata Turk.
Baca Juga: Sekjen PBB: Korban Sipil Terlalu Tinggi, Ada yang Salah dengan Taktik Israel Jumlah Korban Sipil Sangat Tinggi
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, juga menyoroti tingginya jumlah korban tewas dalam konflik di Gaza. Guterres bahkan mempertanyakan taktik militer Israel. Hingga saat ini otoritas kesehatan Gaza melaporkan ada 10.569 korban jiwa dalam sebulan terakhir, dengan 40% di antaranya adalah anak-anak.
"Ada pelanggaran oleh Hamas ketika mereka menggunakan waga sipil sebagai tameng. Namun jika melihat jumlah warga sipil (Palestina) yang terbunuh dalam operasi militer (Israel) tersebut, jelas ada sesuatu yang salah," kata Guterres dalam wawancaranya dengan
Reuters. Guterres menggambarkan situasi kemanusiaan di Gaza sebagai sebuah bencana besar dan mendorong adanya gencatan senjata dengan segera, sehingga bantuan kemanusiaan bisa masuk tanpa hambatan. "PBB telah berupaya meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Dalam 18 hari terakhir hanya 630 truk yang bisa masuk melalui perbatasan Rafah dari Mesir. Ini masih terlalu sedikit, sudah terlambat," imbuhnya. Terkait bagaimana Gaza dikelola setelah perang, Guterres berharap Otoritas Palestina dapat mengambil alih kendali politik. Menurutnya itu adalah skenario terbaik.