Badan Karantina membantah Greenpeace soal CPO Indonesia yang mengandung lemak tinggi



KONTAN.CO.ID - BOGOR. Badan Karantina Pertanian (Barantan) membantah tuduhan Aktivis Greenpeace yang mengatakan bahwa minyak sawit asal Indonesia berbahaya karena memiliki kandungan lemak yang tinggi, banyak terkontaminasi, dan sangat karsinogenik.

Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian, Banun Harpini menyatakan Curde Palm Oil (CPO) Indonesia sudah teruji melalui Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). “Karena energy kita terus melakukan ‘pertikaian’ dalam rangka diplomasi, kalau hanya kajian teknis bahwa hasil penelitian CPO kita tidak mengandung karsinogenetik, itu belum efektif. Karena itu ada ISPO dan RSPO yang kita ikuti juga termasuk ini juga bisa men-supply pangan dunia,” ktanya di Bogor, Senin (20/11). Selanjutnya ia menjelaskan bahwa CPO adalah penghasil bioenergy yang men-supply kebutuhan global akan aknergy terbarukan. Ini seharusnya menjadi perhatian internasional untuk dilestarikan. “Ini justru harsus dibantu oleh inisiatif global untuk bisa melestarikan CPO. Sambil jalan kita juga memberikan evidence bahwa kita tidak merusak hutan. Kita harus mengeksplor lebih dalam tentang fungsi menyeluruh suatu komoditas termasuk isu nasional dan global. Dan ternyata itu tidak terbukti menimbulkan karsinogenik,” ungkapnya. Sebelimnya aktivis Greenpeace melakukan aksi nekat dengan menaiki kapal pengangkut minyak sawit milik PT Wilmar. Namun aksi ini berakhir dengan penahanan sejumlah aktivis tersebut di dalam kapal yang dilakukan oleh keamanan dan kapten kapal. “Dikarenakan kami menggunakan jasa pihak ketiga dalam pengangkutan kargo tersebut, kami tidak memiliki kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh kapten kapal. Aksi Greenpeace dilakukan di atas perairan internasional yang tidak hanya membahayakan nyawa kru kapal, tapi juga membahayakan nyawa dari para aktivis Greenpeace sendiri,” ungkap MP. Tumanggor, selaku Direktur PT Wilmar Nabati, Selasa (20/11). .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Azis Husaini