Badan Pangan: Harga Beras Premium Bisa Turun ke Rp 13.900 Per Kilogram, Ini Syaratnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi harga beras belakangan ini melonjak tajam bahkan melampaui harga eceran tertinggi (HET). Harga beras premium sempat menyentuh Rp 17.000 per kilogram (kg), dan saat ini turun di kisaran Rp 16.420 per kg.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyampaikan, harga beras premium bisa kembali turun ke harga Rp 13.900 per kg jika memenuhi beberapa syarat.

Syarat tersebut di antaranya, apabila tanaman padi bisa ditanam minimal 1 juta hektare,  sehingga akan  memproduksi beras sebesar 2,5 juta ton. Akan tetapi kalau di tanaman padi di bawah 1 juta hektare penanaman, maka produksi akan turun dan harga akan jatuh lagi.


Baca Juga: Pemerintah Klaim Stok Beras Bakal Aman Menjelang Ramadan

“Jadi sesederhana itu. Kalau ditanam minimal 1 juta hektare. Saat ini, harga gabah rata-rata nasional sudah Rp 7.100 per kg. HET beras Rp 13.900/ kg untuk premium itu akan memungkinkan,” tutur Arief kepada awak media Kamis (29/2).

Arief menjelaskan, harga beras saat ini tinggi disebabkan oleh produksi yang lebih rendah dari jumlah permintaan. Konsumsi beras nasional diproyeksikan mencapai 2,5 juta ton-2,6 juta ton per bulan.

Di saat bersamaan, surplus beras dari tahun 2022 hanya ada sekitar 340.000 ton, dan sepanjang 2 bulan pertama tahun 2024 terjadi defisit beras nasional sebesar 2,8 juta ton.

“Kalau kemarin harga konsumen (naik), maka ke depan di 2 bulan ini panen bisa mencapai 3,5 juta ton, maka PR nya adalah menjaga NTP petani. Selama ini nilai tukar petani kita hari ini bawah 116,16%,” jelasnya.

Baca Juga: Bapanas Jamin Harga Beras Akan Turun pada Bulan Ramadan

Kemudian faktor lain yang harus dijaga adalah keseimbangan dari hulu hingga hilir. Sebab selama ini harga beras di petani masih rendah tetapi di hilirnya tinggi.

“Bapanas harus menyeimbangkan harga yang wajar di tingkat petani dan harga wajar di tingkat pedagang dan harga wajar di tingkat konsumen,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi