Badan pengawas nuklir PBB: Korea Utara diduga telah memulai kembali reaktor nuklir



KONTAN.CO.ID - WINA. Korea Utara dikabarkan telah memulai kembali reaktor nuklir yang secara luas diyakini telah menghasilkan plutonium untuk senjata nuklir. Hal itu diungkapkan badan pengawas nuklir PBB dalam sebuah laporan tahunan yang dirilis Jumat (27/8).

Saat ini, Badan Energi Atom Internasional atawa International Atomic Energy Agency (IAEA) tidak memiliki akses ke Korea Utara, sejak Pyongyang mengusir inspektur-nya pada tahun 2009. Kemudian, Korea Utara pun melanjutkan program senjata nuklirnya dan segera melanjutkan uji coba nuklir. 

Uji coba nuklir terakhir yang dilakukan negara tersebut terjadi pada tahun 2017 silam.


IAEA sekarang memantau Korea Utara dari jauh, sebagian besar dilakukan melalui citra satelit.

Baca Juga: Singgung kebrutalan di era kolonial, Korea Utara minta Jepang bertobat

"Tidak ada indikasi operasi reaktor dari awal Desember 2018 hingga awal Juli 2021," kata laporan IAEA tentang reaktor 5 megawatt di Yongbyon, sebuah kompleks nuklir di jantung program nuklir Korea Utara.

"Namun, sejak awal Juli 2021, sudah ada indikasi, antara lain keluarnya air pendingin, sejalan dengan beroperasinya reaktor," lanjut laporan tersebut.

IAEA mengeluarkan laporan setiap tahun sebelum pertemuan negara-negara anggotanya, mempostingnya secara online tanpa pengumuman. 

IAEA menjelaskan, pada bulan Juni ada indikasi di Yongbyon tentang kemungkinan pekerjaan pemrosesan ulang untuk memisahkan plutonium dari bahan bakar reaktor bekas yang dapat digunakan dalam senjata nuklir.

Laporan mengatakan, durasi pekerjaan yang tampak itu - lima bulan, dari pertengahan Februari hingga awal Juli - menyarankan agar bahan bakar bekas ditangani dalam jumlah penuh, berbeda dengan waktu yang lebih singkat yang dibutuhkan untuk pengolahan atau pemeliharaan limbah.

Baca Juga: Korea Utara: Latihan militer Korea Selatan dan AS adalah permainan api yang berbahaya

"Indikasi baru pengoperasian reaktor 5MW(e) dan Laboratorium Radiokimia (pemrosesan ulang) sangat meresahkan," kata laporan itu.

Ada indikasi "untuk jangka waktu tertentu" bahwa apa yang diduga sebagai pabrik pengayaan uranium di Yongbyon tidak beroperasi, katanya. Ada juga indikasi kegiatan penambangan dan konsentrasi di tambang dan pabrik uranium di Pyongsan.

Selanjutnya: Kapal perang AS melintasi Selat Taiwan, China protes keras!

Editor: Anna Suci Perwitasari