Bagaimana BUMI akan melunasi utangnya?



JAKARTA. Melempemnya kinerja membuat fulus PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kian mengempis. Ditambah, perseroan gagal mencairkan dana investasinya di PT Recapital Asset Management (RAM). Lalu bagaimana nasib utang-utang BUMI?Berdasarkan laporan keuangan sepanjang semester I-2013, BUMI masih mencatatkan rugi bersih US$ 248,59 juta. Pendapatannya punĀ  menyusut dari US$ 1,94 miliar menjadi US$ 1,85 miliar. BUMI juga mencatatkan defisit untuk laba yang belum dicadangkan dengan nilai mencapai US$ 1,09 miliar. Di saat yang sama, kas perseroan hanya tersisa US$ 89,16 juta.Sementara itu, BUMI masih harus membayar pinjaman jangka pendek dan jangka panjang yang totalnya mencapai US$ 3,21 miliar. Perinciannya, pinjaman jangka pendek senilai US$ 100 juta, sedangkan pinjaman jangka panjang totalnya mencapai US$ 3,11 miliar. Utang jangka pendek yang dimaksud adalah utang milik anak usaha, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).Utang ini seharusnya jatuh tempo pada 19 September 2013. Namun, pihak kreditur, Credit Suisse AG melunak dan memberikan tenggat tiga bulan sejak jatuh tempo kepada BRMS untuk dilunasi. Sedangkan utang jangka panjang BUMI yang terbesar adalah sangkutan kepada Country Forest Limited (CFL) yang merupakan anak usaha China Investment Corporation (CIC).

Dari total US$ 1,9 miliar yang ditarik, kini masih tersisa US$ 1,3 miliar. Sebesar US$ 600 juta akan jatuh tempo kuartal tiga tahun depan, dan US$ 700 juta harus dibayar September 2015. Kendati utang ini baru jatuh tempo tahun depan, namun, beban bunga yang tinggi mencekik keuangan perusahaan batubara milik Keluarga Bakrie ini.Bunga dari pinjaman ini sebesar 12% per tahun dan harus dibayar setiap bulan. Sebelumnya, manajemen BUMI gembar gembor akan mempercepat pembayaran utang ini. Namun, hingga saat ini, hal itu tidak juga terlaksana. Selain itu, salah satu utang jangka panjang BUMI, yakni fasilitas Credit Suisse 2010-2 yang ditarik pada 19 Agustus 2010 jatuh tempo tahun ini.Nilai pinjaman mencapai US$ 150 juta dan dibebankan bunga seebsar LIBOR ditambah 11% per tahun. Namun, pada 9 Agsutus 2013 kemarin, BUMI, entitas anak usaha yakni PY Sitrade Coal, Kalimantan Coal Ltd, Sangatta Holdings Limited, dan Forerunner International Pte. Ltd (bertindak sebagai original guarantors) serta Credit Suisse cabang singapura (sebagai facility agent) mendatangani supplemental agreement yang mengubah beberapa ketentuan di dalam pernjanjian kredit ini.Isinya, jatuh tempo pinjaman mundur dan harus dilunasi dengan mengangsurnya selama lima belas bulan sejak Oktober 2013 hingga November 2014. Konsekuensi dari pemunduran waktu jatuh tempo ini adalah kreditur membebankan bunga yang lebih tinggi menjadi LIBOR ditambah 18% per tahun dan efektif sejak 7 Agustus 2013.Dari mana BUMI bisa memperoleh dana untuk membayar semua kewajiban tersebut? Sebenarnya, BUMI memiliki sejumlah piutang yang sekiranya bisa digunakan untuk membayar cicilan pinjaman yang menggunung. Misalnya, piutang milik PT Bukit Mutiara dan Candice Invesments Pte. Ltd. Total nilainya mencapai US$ 398,9 juta.Namun, sejak tahun lalu, BUMI tidak kunjung berhasil menarik piutang dari Bukit Mutiara. Parahnya, dana investasi BUMI di Recapital Asset Management (RAM) pun sudah dipastikan tidak akan cair. Pasalnya, pada 26 Agustus 2013 lalu, perseroanĀ  dan Recapital Asset Management (RAM) telah menyepakati bahwa dana investasi BUMI yang ada di RAM akan diselesaikan secara non-tunai.BUMI akan mengambil bagian atas saham-saham RAM sebagai pelunasan secara penuh atas kewajiban RAM kepada BUMI. Nah, kalau sudah begini, langkah apa yang akan dilakukan BUMI untuk melunasi utang-utangnya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie