Bagaimana Cara Kerja Modifikasi Cuaca Semai Garam di Langit Jakarta?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada Selasa (27/12/2022), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan TNI Angkatan Udara (AU) melaksanakan teknologi modifikasi cuaca (TMC). 

Metode teknologi modifikasi cuaca (TMC) dilakukan untuk mengantisipasi cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi di Jakarta dan sekitarnya. 

Sebelumnya, metode ini dijadwalkan dilaksanakan pada 25 Desember 2022 hingga 3 Januari 2022. Dalam pelaksanaannya, teknologi modifikasi cuaca (TMC) melibatkan dua pesawat jenis Cassa Nc-212 Seri 200. 


Pesawat itu ditugaskan untuk menyemai garam di langit-langit Jakarta dan Jawa Barat. 

Lantas, apa yang dimaksud dengan teknologi modifikasi cuaca? 

Apa itu teknologi modifikasi cuaca? 

Dilansir dari Pusat Penelitian Limnologi LIPI, teknologi modifikasi cuaca adalah usaha campur tangan manusia dalam mengendalikan sumber daya air di atmosfir dengan memanfaatkan parameter cuaca. 

Tujuannya, adalah untuk memodifikasi cuaca. Umumnya, bisa dilakukan agar meningkatkan intensitas curah hujan di suatu tempat (rain enhancement). 

Baca Juga: 7 Rekomendasi BMKG Terkait Potensi Cuaca Buruk Periode Nataru

Sebaliknya, teknologi modifikasi cuaca juga bisa dilakukan untuk mengurangi intensitas hujan (rain reduction). 

Dalam konteks pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim, metode ini menjadi salah satu solusi yang bisa diandalkan. Terutama untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh bencana yang disebabkan karena faktor iklim dan cuaca. 

Maka tak heran jika teknologi ini digunakan untuk mengantisipasi cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi di Jakarta dan sekitarnya. 

Cara kerja teknologi modifikasi cuaca 

Selama ini, teknologi modifikasi cuaca dilakukan menggunakan pesawat. Dikutip dari laman Kemenkeu, pesawat tersebut akan mengantarkan bahan semai berupa garam atau NaCl ke awan melalui udara. 

Pesawat akan membawa ratusan kilogram bahan semaian garam dalam sekali terbang. Kemudian, pesawat akan menyebarkan bahan semaian secara manual sesuai dengan koordinat yang ditentukan. Namun, metode seperti ini bukan menjadi cara satu-satunya. 

Ternyata, ada metode lain untuk menghantarkan bahan semai itu ke awan. Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah mengembangkan metode penyampaian bahan semai ke dalam awan dari darat, yakni dengan menggunakan wahana Ground Based Generator (GBG) dan wahana Pohon Flare untuk sistem statis. 

Baca Juga: BMKG Minta Masyarakat Waspadai Hujan Ekstrem Tanggal 30 Desember

Kedua metode ini mempunyai prinsip kerja yang sama dalam menghantarkan bahan semai ke dalam awan. Prinsip kerjanya yaitu dengan memanfaatkan keberadaan awan orografik dan awan yang tumbuh di sekitar pegunungan sebagai targetnya. 

Tak heran, metode GBG dan Pohon Flare biasanya digunakan di wilayah yang mempunyai topografi pegunungan. 

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie