Bagaimana ekonom menilai Agus Martowardojo?



JAKARTA. Nama calon Gubernur Bank Indonesia (BI) sudah diserahkan oleh Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), kemarin malam, Jumat, (22/2). Susilo Bambang Yudhoyono ternyata hanya memberi satu calon tunggal untuk menempati posisi tersebut, yakni Menteri Keuangan Agus Martowardojo.

Beberapa ekonom memiliki pandangan tersendiri terhadap pilihan SBY tersebut. Misalnya, Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti menilai bahwa pengalaman Agus sebagai Menteri Keuangan akan sangat bermanfaat dalam mendukung kebijakan makro prudensial dan sangat berkaitan dengan kebijakan fiskal.

Selain itu, ia melihat pengalaman Agus sebagai bankir profesional akan mengisi kemampuan dalam mengantisipasi kebijakan mikro prudensial yang bisa bermanfaat bagi perbankan. Sebelum menjadi Menteri Keuangan, Agus merupakan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI).


“Sehingga, dari dua sisi kemampuan makro prudensial dan mikro prudensial yang dimiliki oleh Agus akan menjadi modal untuk menjalankan fungsinya sebagai seorang Gubernur BI,” ucapnya kepada KONTAN, Sabtu, (23/2).

Menkeu tak punya latar belakang makro

Sebaliknya, ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono justru merasa heran mengapa SBY justru mengantongi satu calon saja. Ia beranggapan, Agus tidak memiliki latar belakang yang kuat untuk bidang ekonomi makro dan moneter.

“Saya merekomendasikan Agus tetap menjadi Menteri Keuangan, dan Darmin tetap jadi Gubernur BI,” katanya kepada KONTAN. Ini dikarenakan Indonesia sedang mempersiapkan rencana jangka panjang redominasi rupiah.

Tony menilai, sebaiknya Agus dan Darmin tetap pada posisinya untuk mengawal tahun-tahun permulaan proses redominasi, sebelum kelak dilanjutkan penerusnya.

Selain itu, ekonom Universitas Atmajaya Agustinus Prasetyantoko juga beranggapan Menteri Keuangan saat ini bukanlah orang yang tepat menjadi Gubernur BI. Alasannya pun serupa dengan yang dikemukakan Tony, karena Agus memiliki latar belakang mikro prudensial perbankan.

Sedangkan mulai tahun 2014, BI hanya akan menjalani fungsi makro prudensial. Nantinya, tugas mikro prudensial perbankan akan berpindah ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). “Saya lebih memilih Darmin sebagai Gubernur BI,” akunya kepada KONTAN.

Ekonom Universitas Indonesia Telisa Falianti melihat, dengan hanya ada satu calon yang disampaikan Presiden kepada DPR, ini menunjukkan tidak adanya kesempatan bagi profesional untuk bersaing. “Padahal banyak calon lain yang bagus dan bisa dikompetisikan,” sebutnya pada KONTAN.

Sebelumnya, memang disebut-sebut nama seperti ekonom Raden Pardede, Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah, Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono, Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar, Pelaksana tugas Kepala Badan Fiskal Bambang Brodjonegoro, dan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh Anggito Abimanyu.

Terlebih, Telisa menilai saat ini masih ada persoalan di Kementerian Keuangan yang harusnya masih dalam tanggung jawab Agus. Misalnya, persoalan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang belum selesai.

Dengan hanya adanya calon tunggal Gubernur BI ini, ia mengkhawatirkan apabila DPR menolak usulan yang diberikan Presiden. “Nanti harus mulai lagi. Repot,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie