KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi menguat pada perdagangan Senin (5/6). Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, potensi penguatan rupiah seiring dengan berkurangnya risiko terkait plafon utang AS. Pelaku pasar meyakini, pemerintah AS dan Kongres akan segera mencapai kesepakatan final terkait kenaikan plafon utang AS.
"Rilis data inflasi Indonesia bulan Mei 2023 pada Senin (5/6) kemungkinan juga menunjukkan angka yang lebih rendah dibanding April 2023," kata Fikri saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (4/6).
Baca Juga: Terbuka Peluang The Fed Pertahankan Suku Bunga pada Juni 2023 Sementara itu, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo berpendapat, secara teknis, rupiah dalam waktu dekat dapat ke atas Rp 15.000 per dolar AS. Pasalnya, sebagian besar spekulan beralih memegang dolar AS. Menurut Sutopo, rupiah dapat melemah jika data ekonomi AS terbaru mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga. Di antaranya adalah
JOLTs Job Openings, Fed Beige Book, ADP Employment Change, Initial Jobless Claims, Jobless Claims 4-week Average, ISM Manufacturing PMI, dan
Non Farm Payrolls. "Selain itu, pasar akan menunggu laporan inflasi Indonesia pada hari Senin (5/6), apakah terjadi perubahan angka pada bulan Mei 2023," ucap Sutopo. Sutopo memprediksi, rupiah akan cenderung melemah dalam rentang Rp 15.000-Rp 15.050 per dolar AS pada Senin (5/6). Sementara Fikri memperkirakan, rupiah bakal menguat pada kisaran Rp 14.780-Rp 14.990 per dolar AS.
Baca Juga: BI Ramal Rupiah Lebih Kuat pada 2024, Ini Sejumlah Strategi yang Disiapkan Sebagai informasi, berdasarkan data
Bloomberg, rupiah melemah tipis 0,06% ke level Rp 14.994 per dolar AS pada perdagangan Rabu (31/5). Menurut kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI, nilai tukar rupiah berada di angka Rp 15.003, melemah 0,23% dari Rp 14.969 pada hari sebelumnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto