Bagaimana peluang Anda meninggal akibat Covid-19? Kalkulator ini bisa beri petunjuk



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Hasil studi dan statistik menunjukkan, orang yang berusia di atas 65 tahun dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya menghadapi risiko kematian tertinggi akibat Covid-19 dibandingkan dengan populasi lainnya.

Namun, bagaimana sebenarnya kemungkinan kematian bagi individu-individu tersebut, serta bagi semua orang yang tidak termasuk dalam kategori tersebut?

Melansir Miami Herald, para peneliti di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg mengembangkan kalkulator daring yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Alat, yang diperbarui setiap minggu, menggabungkan informasi tentang risiko kematian dan statistik dari beberapa kumpulan data di tingkat komunitas dan negara bagian.


Alat ini dirancang untuk membantu individu yang saat ini tidak terinfeksi virus corona untuk menilai peluang kematian mereka berdasarkan faktor risiko mereka sendiri dan penyebaran tingkat komunitas di negara bagian mereka.

Baca Juga: Inilah orang Amerika pertama yang divaksinasi Covid-19

Menurut hasil penelitian yang diterbitkan 11 Desember di jurnal Nature Medicine, para peneliti mengatakan, kalkulator mereka dapat memainkan peran penting dalam menentukan siapa yang harus diprioritaskan untuk mendapatkan vaksin dengan mengidentifikasi orang-orang yang berisiko tinggi meninggal akibat Covid-19.

Alat ini mungkin sangat berguna sekarang karena para tenaga medis dan penghuni panti jompo di AS mulai menerima dosis pertama vaksin Covid-19 pada minggu ini. Vaksin ini kemungkinan akan memiliki persediaan terbatas di mana saat memasuki tahun depan, populasi umum diharapkan bisa mendapatkannya. 

Baca Juga: Ada kejadian buruk menimpa relawan, Peru tunda ujicoba vaksin Covid-19 China

“Meskipun kami telah lama mengetahui tentang faktor-faktor yang terkait dengan kematian yang lebih besar, upaya untuk memasukkan faktor-faktor ini ke dalam strategi pencegahan dan model perkiraan masih terbatas,” kata penulis senior studi Nilanjan Chatterjee, Profesor Biostatistik dan epidemiologi genetik dari Bloomberg, dalam rilis berita. 

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie