KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) masih fokus untuk melanjutkan proyek hilirisasi. Saat ini emiten berkode saham ANTM ini tengah menggarap beberapa proyek hilirisasi. Diektur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo menyampaikan untuk proyek
blast furnace Nickel Pig Iron (NPI) di Halmahera Timur, perusahaan sudah melakukan tanda tangan perjanjian
Engineering, Procurement and Construction (EPC).
Baca Juga: Harga emas Antam sedang terkoreksi, saatnya membeli? "Kemarin sudah tanda tangan EPC kontraktor setelah mendapat
commitment financial support dari Bank Mandiri, diharapkan Oktober ini bisa
ground breaking," katanya, Minggu (29/9). Dalam catatan sebelumnya proyek NPI blast furnace memiliki total kapasitas produksi mencapai 320.000 ton NPI (TNPI) atau setara 30.000 ton nikel (TNi) yang terdiri dari delapan line. Kemudian mereka juga terus melanjutkan proye
k Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR), di Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar). "Untuk SGAR alumina juga sudah hampir final dengan EPC dan diharapkan Oktober ini sudah
ground breaking," tambahnya. Nantinya konstruksi proyek SGAR tahap pertama ini bakal memiliki kapasitas produksi sebanyak 1 juta ton per tahun serta dibangun di atas lahan seluas 288 hektare.
Baca Juga: Kembali terkoreksi, harga emas Antam turun Rp 7.000 ke Rp 762.000 Ia melanjutkan, untuk proyek nikel di Pulau Gag, Papua, ANTM baru saja melakukan tanda tangan term sheet pada minggu lalu. "Segera dilakukan
prefeasibility study. Kita sedang menunjuk konsultan untuk FS menggunakan
technology China yang lebih kompetitif, diharapkan biayanya tak lebih dari US$ 200 juta," tutur Arie. Selain mengawal proyek hilirisasi tersebut, ANTM juga tengah membicarakan untuk membangun fasilitas pengolahan industri hilir meliputi Nickel Sulfate (NiSO4).
Arie menambahkan proyek ini masih dalam tahap
head of agreement. "Rencananya lokasi proyek di Halmahera Timur atau di Sulawesi Tenggara," ungkapnya.
Baca Juga: Jangan Buru-Buru Membeli Emas Batangan Antam Guna membangun fasilitas pengolahan tersebut mereka membutuhkan dana sekitar US$ 6 miliar untuk 250.000 ton
nickel cathode. "Pendanaan banyak opsinya bisa PNM,
share holder loan, obligasi,
right issue, ataupun
financial institution," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli