Bagaimana prospek GIAA setelah libur Lebaran? Simak rekomendasi analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim libur panjang jadi peluang emiten sektor transportasi termasuk PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) untuk mendapatkan tambahan pendapatan dari meningkatnya jumlah penumpang. Namun, sejumlah tantangan seperti persaingan yang ketat antar transportasi umum masih membayangi.

Vice President Research Department PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan perusahaan maskapai pernerbangan pelat merah, GIAA, mampu memanfaatkan musim liburan dan dapat mendongkrak kinerja untuk periode kuartal II 2019.

Senada, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, musim libur Lebaran akan memberi katalis positif bagi kenaikan jumlah penumpang di penerbangan GIAA sehingga tingkat okupansi terpenuhi.


Namun, ke depan William masih cenderung merekomendasikan hold pada sektor transportasi karena ketatnya persaingan di sektor ini. Lihat saja, kini infrastruktur jalan tol semakin banyak dibangun dan membuat transportasi udara tidak lagi menjadi pilihan utama.

"Kereta api dan kapal laut kini juga menyediakan fasilitas yang baik dan nyaman ini jadi tantangan bagi perusahaan maskapai," kata William, Rabu (29/5).

Senada Lee Young Jun Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengatakan, meski jumlah penumpang GIAA periode April 2019 turun 23,4% secara year on year, Lee optimis jumlah penumpang akan kembali naik di saat musim libur Lebaran.

"Masyarakat memutuskan untuk menunggu libur Lebaran untuk berpergian," kata Lee dalam riset 28 Mei 2019. Di satu sisi, hingga April 2019 GIIA catatkan pertumbuhan yield (keuntungan) sebesar 23,1% yoy.

Ke depan, Lee memproyeksikan kinerja GIAA akan membaik dengan dukungan pertumbuhan laba dari Grup Sriwijaya. Mengenai pemotongan harga tiket, Lee menilai pengaruh sentimen tersebut hanya akan menjadi risiko jangka pendek.

"Pemotongan tarif tiket premium terbatas dan batas bawah harga tiket hampir tidak berubah," kata Lee.

Nafan menambahkan kinerja GIAA ke depan bisa membaik karena perseroan telah mengurangi rute-rute penerbangan yang tidak memberikan profit.

Selain itu, tanggapan pemerintah atas keprihatinan publik atas melonjaknya harga tiket pesawat sejak akhir tahun lalu dengan menurunkan tarif batas atas sebesar 15%, menurut Nafan tidak akan berdampak signifikan pada kinerja GIAA karena ada peningkatan besar di akhir 2018 dan biaya untuk bagai tambahan bagi operator maskapai berbiaya rendah.

Hingga akhir tahun Lee mempertahankan rekomendasi beli untuk GIAA di target harga Rp 690 per saham, mengingat peningkatan operasional baru-baru ini. Sementara, pendapatan GIIA Lee proyeksikan bisa tumbuh 12,7% ke US$ 4,93 miliar.

Dalam jangka pendek hingga menengah, Nafan memproyeksikan GIAA bisa capai harga Rp 498 per saham dengan rekomendasi buy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli