Bagaimana Sebaiknya Investasi di Tahun Pemilu? Simak Tips Berikut Ini



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tahun politik diyakini mampu mendorong perputaran roda ekonomi Indonesia di tahun 2024. Secara historis, momentum pemilihan umum (pemilu) telah mengangkat pasar keuangan tanah air.

SVP, Head of Retail, Product Research & Distribution Divion Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi Riawan mengatakan, gambaran tren investasi di tahun 2024 dapat dilihat dari beberapa faktor, antara lain kondisi makroekonomi, stabilitas politik, dan sentimen pasar.

Ekonomi Indonesia sendiri diperkirakan tetap tangguh di tahun politik, meskipun ada beberapa tantangan seperti tekanan inflasi, kenaikan suku bunga, dan ketidakpastian global. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa di atas level 5%.


“IHSG dan indeks obligasi biasanya menunjukkan tren kenaikan selama periode pemilu karena adanya peningkatan belanja kampanye dan harapan akan perubahan kebijakan. Periode pemilu akan mendukung konsumsi domestik yang sejarahnya cenderung positif bagi untuk pasar ekuitas seiring masuknya investor asing,” ungkap Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (22/11).

Baca Juga: Pilah-Pilih Aset Investasi pada Tahun Pemilu

Sebagai gambaran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melejit 17,60% pada pemilu 2014. IHSG juga naik 4,60% pada pemilihan umum tahun 2019 lalu.

CEO Pinnacle Investment Indonesia Guntur Putra melihat, kekhawatiran dampak dari suku bunga tinggi yang memperlambat ekonomi global perlahan berkurang. Tren bunga tinggi sudah menjadi new normal dan pandangan pelaku pasar terhadap suku bunga dapat mulai melandai di tahun depan.

“IHSG dan indeks obligasi di beberapa tahun politik sebelumnya berkinerja cukup baik,” jelas Guntur kepada Kontan.co.id, Rabu (22/11).

Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto menambahkan, pada awal tahun 2024, investor bisa berkonsentrasi terlebih dahulu di cash dan saat perlahan mulai transisi ke saham sebagai investasi yang berisiko. Sebab, di kuartal awal, pasar saham kemungkinan belum bertumbuh karena masa pemilu masih berlangsung.

“Kuartal III 2024 harusnya saham tumbuh karena secara historis ekonomi selalu tumbuh ketika ada presiden baru,” imbuh Eko saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (22/11).

Reza berujar, investor dapat memilih saham-saham yang memiliki kinerja yang baik, fundamental yang kuat, dan prospek yang cerah di masa depan. Beberapa sektor yang berpotensi tumbuh positif pada masa pemilu adalah sektor barang konsumsi, layanan komunikasi, dan keuangan.

Bagi investor yang ingin melirik surat utang, investor harus melihat obligasi yang memiliki rating yang baik, yield yang menarik, dan durasi yang sesuai dengan jangka waktu investasi. Memilih obligasi langsung atau melalui reksadana, tergantung dari kemudahan, biaya, dan diversifikasi yang diinginkan.

Namun jika memilih investasi di pasar uang, investor dapat memilih instrumen-instrumen seperti deposito, sertifikat deposito, surat berharga pasar uang, atau reksadana pasar uang, yang memberikan keamanan dan ketersediaan dana yang tinggi.

Baca Juga: Beberapa Saham Terlempar dari Posisi Top 10 Market Cap Terbesar, Ini Kata Analis

Guntur mengatakan, saham-saham yang memiliki prospek bertumbuh selama tahun politik bisa menjadi pilihan menarik. Sebagai contoh, sektor infrastruktur atau konsumsi domestik bisa diperhatikan.

Sementara, aset pendapatan tetap seperti obligasi langsung atau lewat reksadana bisa dikoleksi tergantung pada tujuan dan preferensi risiko masing-masing investor. Pasar uang juga dapat menjadi pilihan bijak untuk mengelola risiko dalam jangka pendek.

Guntur menyarankan pemilihan aset harus disesuaikan profil risiko. Bagi investor dengan profil risiko agresif maka dapat mengalokasikan aset ke pasar saham dengan porsi 50%, Obligasi 30% dan cash/pasar uang sebesar 20%.

Bagi investor dengan profil risiko moderat dapat mengalokasikan aset ke saham dengan porsi sekitar 30%, obligasi 40% dan cash/pasar uang sebesar 30%. Sementara untuk investor konservatif disarankan mengalokasi aset ke saham dengan porsi 15%, obligasi 45% dan cash/pasar uang sebesar 45%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat