Bagi yang suka salad, rasa pahit sayuran berbeda di setiap negara



KONTAN.CO.ID - Sawi, brokoli, dan kubis di dunia memberikan rasa pahit yang berbeda-beda. Beberapa orang berpendapat rasa sayuran (di beberapa negara) lebih kuat.

Tapi di India dan China, anggota dari genus brassica ini dibudidayakan hingga lebih dari 4.000 tahun, para ilmuwan mengurangi senyawa kimia yang membuat rasa tajam (pahit). Selain menciptakan rasa pahit dalam sayuran, senyawa tersebut juga menjadi racun.

Saat ini, peneliti dalam tiga benua, termasuk ahli biologi dari Universitas Washington di St Louis telah memetakan struktur kristal dari kunci protein yang membuat metabolisme menciptakan rasa pahit dalam Brassicas.


Baca Juga: Ini cara menurunkan kadar trigliserida dalam darah  

Penelitian ini telah dipublikasikan bulan Juli 2019 dalam jurnal sel tanaman adalah potret pertama tentang bagaimana protein berevolusi dan bercampur dengan produk dalam kelompok pertanian signifikan.

Hasil penelitian ini dapat digunakan dengan pengembangan strategi untuk memanipulasi gizi dan rasa tanaman.

Penelitian ini adalah hasil kolaborasi Naveen Bisht, Scientist at the National Institute of Plant Genome Research New Delhi, Joseph Jez, Plant Biologist Washington University, dan Jonathan Gershenzon, Max Plack Institute for Chemical Ecology, Jena, Jerman.

Joseph Jez mengatakan semua brassicas termasuk sawi India, brokoli atau kecambah Brussels, berasa pahit, berbau belerang, dan glukosinolat. "Senyawa tersebut berada di tanaman sebagai senjata melawan lebah," jelas Joseph.

Baca Juga: Jangan salah, ternyata lemak punya peran penting untuk turunkan berat badan

Wawasan ini menambah penelitian baru tentang pentingnya langkah mengumpulkan sawi yang lembut atau membuat brokoli menjadi tidak pahit. Apakah itu dapat membuat orang makan sayuran hijau ?

Engin Serpersu, Program Director National Science Foundation (NSF) Division of Molucular and Cellular Biosciences mengatakan Penelitian ini menjadi contoh yang sempurna untuk penelitian dasar yang berpengaruh terhadap tanaman.  

Sumber : National Scienci Foundation

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati