JAKARTA. Tahun depan, bisnis kawasan industri PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) di Gresik, Jawa Timur, bakal mulai berkontribusi. Bisnis kawasan industri beserta infrastruktur pendukung tersebut bakal memperkuat pendapatan berulang atau recurring income AKRA di masa mendatang.Proyek yang terintegrasi dengan pelabuhan, bernama Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) tersebut merupakan hasil kerjasama AKRA dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III. Di kawasan industri, AKRA memiliki 60% saham, dan 40% saham digenggam Pelindo III. Sebaliknya di pelabuhan, AKRA memiliki 40% saham, dan 60% saham milik Pelindo III.Kepala Riset Reliance Securities, Wilson Sofan memperkirakan, JIIPE sudah bisa membukukan pendapatan dari penjualan tanah pada 2014. Lahan bagi kawasan industri sendiri mencapai 800 hektare (ha).Di wilayah ini, harga penjualan tanah mencapai US$ 150 per meter persegi. "Penjualan tanah memberikan margin rata-rata 50%," terang Wilson.Namun, lanjut Wilson, target AKRA tak hanya dari penjualan lahan dan properti saja. AKRA juga mengincar bisnis distribusi bahan bakar minyak (BBM), bahan kimia serta perawatan kawasan, jika kawasan industri tersebut sudah terisi. AKRA pun ingin mendistribusikan gas bagi industri di kawasan itu.Analis Samuel Sekuritas, Yualdo Yudoprawiro bilang, untuk saat ini, pendapatan dari kawasan industri itu baru dari penjualan lahan. Jadi, masih sulit diraba kontribusi pendapatan bagi AKRA. "Sedangkan pendapatan lain, harus melihat industri apa saja yang akan masuk ke kawasan itu," ujar Yualdo.Analis Panin Sekuritas, Fajar Indra dalam risetnya, 31 Oktober 2013 mengatakan, pembangunan JIIPE tahapan pertama ditargetkan kelar semester II-2014. Akhir tahun ini AKRA baru mereklamasi dan membangun pelabuhan. Sampai di sini, AKRA harus menyediakan dana Rp 1,4 triliun.Meski bisnis kawasan akan menyumbang pendapatan tahun depan, namun tetap saja kontribusi pendapatan AKRA terbesar masih berasal dari distribusi BBM yang memasok 75% dari total pendapatan perusahaan.Tahun ini, Badan Pengatur Hilir Minyak Bumi dan Gas (BPH Migas) telah menambah kuota distribusi BBM AKRA sebanyak 881.000 kiloliter (kl). AKRA kini sedang meminta tambahan kuota 200.000 kl untuk tahun depan.Namun kini, dengan alasan efisiensi, permintaan BBM dari perusahaan tambang cenderung turun karena substitusi energi. "Hal ini bisa memperlambat potensi pertumbuhan permintaan BBM non subsidi AKRA yang sekitar 5% setiap tahunnya," kata Fajar.Wilson menargetkan, pendapatan AKRA tahun 2013 naik 10,75% menjadi Rp 24 triliun, dan akan naik menjadi Rp 31 triliun pada 2014. Atas dasar itu, Wilson pun merekomendasikan buy saham AKRA dengan target Rp 7.600 per saham. Harga itu merefleksikan price to earning ratio (PER) sebesar 20,7 kali.Fajar juga menyarankan buy saham AKRA dengan target harga Rp 4.800 per saham. Pun, analis Valbury Asia Securities, Budi Rustanto merekomendasikan buy saham AKRA dengan target Rp 5.600 per saham.Kemarin, harga saham AKRA turun 5,24% menjadi Rp 4.525 per saham.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bahan Bakar Baru AKRA dari Kawasan Industri
JAKARTA. Tahun depan, bisnis kawasan industri PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) di Gresik, Jawa Timur, bakal mulai berkontribusi. Bisnis kawasan industri beserta infrastruktur pendukung tersebut bakal memperkuat pendapatan berulang atau recurring income AKRA di masa mendatang.Proyek yang terintegrasi dengan pelabuhan, bernama Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) tersebut merupakan hasil kerjasama AKRA dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III. Di kawasan industri, AKRA memiliki 60% saham, dan 40% saham digenggam Pelindo III. Sebaliknya di pelabuhan, AKRA memiliki 40% saham, dan 60% saham milik Pelindo III.Kepala Riset Reliance Securities, Wilson Sofan memperkirakan, JIIPE sudah bisa membukukan pendapatan dari penjualan tanah pada 2014. Lahan bagi kawasan industri sendiri mencapai 800 hektare (ha).Di wilayah ini, harga penjualan tanah mencapai US$ 150 per meter persegi. "Penjualan tanah memberikan margin rata-rata 50%," terang Wilson.Namun, lanjut Wilson, target AKRA tak hanya dari penjualan lahan dan properti saja. AKRA juga mengincar bisnis distribusi bahan bakar minyak (BBM), bahan kimia serta perawatan kawasan, jika kawasan industri tersebut sudah terisi. AKRA pun ingin mendistribusikan gas bagi industri di kawasan itu.Analis Samuel Sekuritas, Yualdo Yudoprawiro bilang, untuk saat ini, pendapatan dari kawasan industri itu baru dari penjualan lahan. Jadi, masih sulit diraba kontribusi pendapatan bagi AKRA. "Sedangkan pendapatan lain, harus melihat industri apa saja yang akan masuk ke kawasan itu," ujar Yualdo.Analis Panin Sekuritas, Fajar Indra dalam risetnya, 31 Oktober 2013 mengatakan, pembangunan JIIPE tahapan pertama ditargetkan kelar semester II-2014. Akhir tahun ini AKRA baru mereklamasi dan membangun pelabuhan. Sampai di sini, AKRA harus menyediakan dana Rp 1,4 triliun.Meski bisnis kawasan akan menyumbang pendapatan tahun depan, namun tetap saja kontribusi pendapatan AKRA terbesar masih berasal dari distribusi BBM yang memasok 75% dari total pendapatan perusahaan.Tahun ini, Badan Pengatur Hilir Minyak Bumi dan Gas (BPH Migas) telah menambah kuota distribusi BBM AKRA sebanyak 881.000 kiloliter (kl). AKRA kini sedang meminta tambahan kuota 200.000 kl untuk tahun depan.Namun kini, dengan alasan efisiensi, permintaan BBM dari perusahaan tambang cenderung turun karena substitusi energi. "Hal ini bisa memperlambat potensi pertumbuhan permintaan BBM non subsidi AKRA yang sekitar 5% setiap tahunnya," kata Fajar.Wilson menargetkan, pendapatan AKRA tahun 2013 naik 10,75% menjadi Rp 24 triliun, dan akan naik menjadi Rp 31 triliun pada 2014. Atas dasar itu, Wilson pun merekomendasikan buy saham AKRA dengan target Rp 7.600 per saham. Harga itu merefleksikan price to earning ratio (PER) sebesar 20,7 kali.Fajar juga menyarankan buy saham AKRA dengan target harga Rp 4.800 per saham. Pun, analis Valbury Asia Securities, Budi Rustanto merekomendasikan buy saham AKRA dengan target Rp 5.600 per saham.Kemarin, harga saham AKRA turun 5,24% menjadi Rp 4.525 per saham.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News