Bahan bakar bioethanol jadi peluang baru bagi bisnis Madusari Murni (MOLI)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Madusari Murni Indah Tbk (MOLI) melihat peluang bisnis yang menjanjikan jika nanti program bahan bakar mesin (BBM) bioethanol diterapkan di Indonesia. Saat ini perseroan masih menunggu kemungkinan-kemungkinan regulasi baru terkait bahan bakar masa depan tersebut.

Arief Goenadibrata, Direktur Utama Madusari Murni Indah mengatakan, jika regulasi sudah siap, perseroan sangat siap untuk mendukung suplainya. "Sebab pemerintah juga sudah lihat kemampuan pabrikan kami," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Senin (15/10).

Optimisme ini didukung pula oleh keberadaan MOLI sebagai market leader produsen ethanol di dalam negeri. Pabrikan diketahui memiliki kapasitas produksi 80 juta liter setahun dengan utilitas hampir 100%.


MOLI juga tidak khawatir harus bersaing dengan kompetitor asing, sebab untuk produk ethanol menurut Arief hampir tidak dimasuki barang impor saat ini. "Soalnya kalau tidak salah ada proteksi bea masuk sampai 30% kalau impor dari non Asean," sebutnya.

Berapa serapan ethanol yang diperkirakan akan terpakai jika digunakam untuk bahan bakar? Menurut Arief tergantung persentase yang diterapkan pemerintah, sebagai contoh Brazil sudah menerapkan BBM dengan 80% kandungan ethanol. Jumlah tersebut cukup tinggi, sehingga jika pemerintah memakainya sebagai ukuran perlu jumlah ethanol yang besar untuk memenuhi permintaan BBM tersebut.

Saat ini perseroan diketahui tengah menyelesaikan proses pembangunan pabrik barunya di Lampung. MOLI tengah merancang lini produksi baru dengan kapasitas barunya 50 juta liter ethanol per tahun.

Saat ini perseroan tengah menyelesaikan tahapan desain. Jika pabrik yang sudah eksis mengandalkan bahan baku molase, waste dari pabrik tebu, maka pabrik baru di Lampung ini bakal mengembangkan bahan baku alternatif, salah satu material yang dijajal ialah biji jagung.

Selama ini sebagian besar bahan baku ethanol produksi MOLI memang berasal dari molase, sehingga pabrik yang sudah ada memiliki banyak tangki dengan daya tampungan 240 juta liter molase setiap tahunnya. Sekadar perbandingan, untuk menghasilkan 1 liter ethanol jumlah molase yang diperlukan mencapai 3,5 kilogram.

Sementara itu Arief mengatakan, di pertengahan tahun 2019 nanti perseroan bakal melakukan uji coba produksi secara bertahap, dengan kapasitas 10 juta liter per tahun. Kemungkinan setelah 2020 pabrik baru bisa full operation.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .