Bahan baku impor, produsen tepung terigu tertekan pelemahan nilai tukar rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku industri tepung terigu dibayangi oleh fenomena pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini diprediksi dapat menekan kinerja industri tepung terigu.

Asal tahu saja, secara year to date (ytd) rupiah di pasar spot sudah melemah 18,37% ke Rp 16.413 per dolar AS pada penutupan perdagangan Senin (6/4). 

Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Fransiscus Welirang mengatakan, dengan pelemahan rupiah maka porsi biaya pembelian bahan baku gandum yang berkontribusi sekitar 80% dalam total biaya produksi tepung terigu Bogasari bakal melesat. Mengingat, kebutuhan atas pasokan gandum sepenuhnya diperoleh dari impor.


Baca Juga: Ada virus corona, penjualan terigu Bungasari Flour bakal susut 15%-20% di kuartal II

Meski begitu, pria yang akrab dengan sebutan Franky ini mengungkapkan bahwa Bogasari belum berencana menaikkan harga jual tepung terigu yang diproduksi sejauh ini. 

Saat ini Bogasari masih memiliki stok ketersediaan bahan baku gandum yang diperkirakan mampu menunjang kegiatan produksi tepung terigu hingga Lebaran mendatang. “Belum ada keputusan sampai saat ini, program kemanusiaan lebih penting,” ujar Franky kepada Kontan.co.id pada Senin (6/4).

Hal yang sama juga terjadi pada PT Bungasari Flour Mills Indonesia. Direktur Sales & Marketing Bungasari Flour Budianto Wijaya bilang, walau nilai tukar mata uang Garuda terus melonjak, Bungasari akan tetap melakukan pembelian bahan baku gandum secara impor. Alhasil perusahaan perlu merogoh kocek ekstra.

“Kami tidak akan menahan pembelian bahan baku gandum karena pasar tetap membutuhkan tepung terigu,” kata dia. 

Baca Juga: Ini daftar instansi, kantor, industri yang dikecualikan dari pembatasan skala besar

Untuk melakukan penyesuaian terhadap biaya pembelian bahan baku yang membengkak akibat pelemahan rupiah, Bungasari memilih untuk menaikkan harga jual produk.

Menurut Budianto, langkah ini telah diambil sejak akhir bulan Maret 2020 lalu dengan variasi kenaikan harga jual sekitar 5%-10% dari harga sebelumnya. 

Adapun harga jual produk akan terus dinaikkan secara perlahan-lahan disesuaikan dengan tren pergerakan nilai tukar rupiah yang ada. “Tidak ada industri yang kuat karena pelemahan cukup drastis,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari