Bahan baku kian mahal, Spindo kerek harga jual



JAKARTA. Produsen pipa baja PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) menghitung kenaikan harga jual. Pasalnya, harga bahan baku pipa terus menguat dan diperkirakan tetap tinggi sampai akhir tahun nanti. 

Johanes Wahyudi Edward, Investor Relations PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk mengatakan, harga bahan baku seperti baja canai panas atau hot rolled coil (HRC) pada September lalu mencapai US$ 418 per ton, alias naik 31,44% dari posisi bulan yang sama tahun lalu di harga US$ 318. 

"Harga ini tentu berpengaruh ke harga jual," kata Johanes saat dihubungi KONTAN, Jumat (7/10).


Perusahaan yang lebih dikenal dengan nama Spindo ini memperkirakan, harga bahan bahan baku stabil di kisaran US$ 400 per ton.

Kenaikan harga bahan baku berimbas pada ongkos produksi Spindo. Pada laporan keuangan semester I-2016, biaya pembelian bahan baku membengkak 275% menjadi Rp 1,59 triliun. Sedangkan pada akhir Juni tahun lalu, biayanya hanya Rp 425,29 miliar.

Bila dirinci, Spindo membeli dari PT Krakatau Steel Tbk sebesar Rp 485,87 miliar, Marubeni - Tochu Steel Rp 548,64 miliar, Hyosung Corporation sebesar Rp 345,21 miliar dan Sino Glory Metal Resources sebesar Rp 213 miliar.

"Kami optimis harga jual bisa naik 30%," kata Johanes.

Sebagai informasi harga jual keseluruhan produk Spindo rata-rata Rp 9.000 - Rp 10.000 per kilogram. Khusus untuk pipa, berada di kisaran harga Rp 10.000 per kg.

Selain harga jual, utilitas pun juga akan digenjot. Saat ini Spindo telah memiliki enam pabrik dengan total kapasitas 588.000 ton per tahun dengan utilisasi pabrik per Agustus sebesar 71%.

Dengan kondisi harga seperti ini Spindo menargetkan sampai akhir tahun utilisasi bisa sampai 75%. "Yang pasti target laba akhir tahun tetap Rp 300 miliar," kata Johanes.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia