KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (
TPIA) mendulang pertumbuhan pendapatan pada semester I 2018. Tapi, perusahaan petrokimia ini malah mencatatkan penurunan laba. Berdasarkan laporan perusahaan, laba setelah pajak Chandra Asri pada akhir Juni 2018 sebesar US$ 115,5 juta. Angka ini turun 33,79% dari periode yang sama tahun lalu di US$ 174 juta. Padahal, pendapatannya naik 7,6% menjadi US$ 1,28 miliar.
Corporate Secretary TPIA Suryandi mengatakan pada Kamis (6/9), beban biaya pendapatan mengalami kenaikan, teruama biaya naphta, di balik kenaikan harga minyak mentah. Selain itu, volume penjualan juga lebih rendah karena kegiatan
maintanance dan dampak musiman Lebaran yang membatasi pengiriman kepada pelanggan. Beban pokok pendapatan perusahaan tercatat naik 16,1% menjadi US$ 1,04 miliar karena sebagian besar biaya bahan baku naik lebih tinggiterutama naphta. Harga Naphta di kuartal II, dalam catatan Chandra Asri, meningkat rata-rata menjadi US$ 640 per metrik ton, dari sebelumnya US$ 582 di akhir kuartal I. Sementara harga minyak yang menjadi pemicunya naik US$ 8 per barel menjadi US$ 75 per barel. Di tengah kondisi ekonomi yang lesu dan meningkatnya biaya naphta, Chandra Asri berniat terus meningkatkan kinerja keuangan dan operasional dengan penyebaran produk yang relatif sehat.
"Dengan dinamika permintaan-penawaran saat ini, kami dapat merealisasikan harga jual rata-rata yang lebih tinggi, yang sedikit meringankan biaya Naphta," kata Suryandi. Tapi, Chandra Asri mencatat, margin EBITDA perusahaan tetap sehat yaitu 18%. Pencapaian ini diklaim lebih tinggi ketimbang margin pertengahan siklus industri petrokimia. Perusahaan juga menyebut likuiditasnya yang sehat dengan kas bersih sekitar US$ 100 juta. "Kami tetap optimis terhadap prospek jangka panjang industri dan akan tetap sejalan dengan rencana-rencana ekspansi kami," kata Suryandi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia