Bahan pangan hingga rokok picu inflasi November



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memproyeksi inflasi bulan November sebesar 0,13%, lebih tinggi dibanding inflasi Oktober yang sebesar 0,01%.

Bhima mengatakan, peningkatan inflasi tersebut disebabkan oleh perkembangan harga kebutuhan pokok sedikit meningkat untuk mengantisipasi kebutuhan libur Natal dan tahun baru. Selain itu, inflasi kelompok makanan jadi dan rokok juga perlu diwaspadai.

Tak hanya itu, kenaikan inflasi tersebut juga dipicu oleh kenaikan harga yang diatur pemerintah (administered prices), terutama kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi sejalan dengan harga minyak mentah dunia terus meningkat.


"Sampai akhir tahun inflasi diperkirakan sebesar 3,7%-3,9%," kata Bhima kepada Kontan.co.id, Rabu (29/11).

Meski demikian, ia menilai bahwa pemerintah perlu menimbang kembali rencana pemberlakuan batas bawah maskapai penerbangan kelas ekonomi karena akan mendorong inflasi transportasi, menunda rencana kenaikan tarif sembilan ruas jalan tol sebagai antisipasi pengendalian inflasi, dan mencermati pelemahan rupiah yang memberi tekanan pada harga barang konsumsi yang diimpor, khususnya makanan dan pakaian jadi.

Sementara itu, Ekonom Maybank Indonesia Juniman memproyeksi inflasi November lebih tinggi lagi sebesar 0,31% dan 3,42% year on year (YoY). Ia bilang, kenaikan inflasi tersebut didorong oleh kenaikan harga pangan setelah tiga bulan berturut-turut mengalami penurunan, yaitu sejak Agustus hingga Oktober lalu.

"Di November ini kenaikan harga pangan dipicu kenaikan harga beras, cabai, bawang merah, bawang putih, daging, mie insyan, susu, telur," kata Juniman kepada KONTAN. Selain itu, kenaikan inflasi juga dipicu oleh kenaikan tarif tol dan kenaikan garga rokok menjelang kenaikan tarif cukai di tahun depan.

Juniman memperkirakan inflasi akhir tahun akan sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan kenaikan tarif transportasi udara dan kereta karena libur Natal dan tahun baru. Ia memperkirakan inflasi tahunan akhir tahun akan meningkat lagi dibanding November menjadi sekitar 3,73% YoY.

Sementara itu, inflasi inti akhir tahun diperkirakan juga akan meningkat menjadi 3,2% YoY. Namun, menurutnya, inflasi inti itu menjadi paling rendah sepanjang masa kecuali inflasi saat krisis.

"Itu mengindikasikan penurunan daya beli. Middle low income yang terkena dampaknya. Sementara yang middle up income mereka menahan konsumsi sehingga pengeluaran mereka tidak bertambah," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia