JAKARTA. PT Bahana TCW Investment mengucurkan dana senilai Rp 60 miliar untuk melanjutkan pembangunan fase I Pelabuhan Eastkal Supply Basse di Penajam, Kalimantan Timur. "Dana ini sifatnya pinjaman jangka menengah," ungkap Direktur Utama Bahana TCW Investment Management Edward Parlindungan Lubis, Selasa (24/7). Pinjaman ini akan digunakan untuk membangun sejumlah fasilitas pelabuhan dengan nilai kontrak Rp 60 miliar. Adapun kontraktor yang telah ditunjuk adalah PT PP Tbk (PTPP). Fasilitas tersebut antara lain open yard seluas 17.000 meter persegi, gudang seluas 2.000 meter persegi, staging area seluas 7.700 meter persegi, liquid mud plant pad seluas 1.500 meter persegi, dan jalan akses sepanjang 1,2 kilometer. "Pembangunan akan dimulai bulan ini dan ditargetkan selesai pada awal Januari 2013," kata Edward. Fasilitas tersebut akan melengkapi infrastruktur yang sudah tersedia. Mulai dari jetty, gudang, tangki air dan tangki minyak masing-masing berkapasitas 1.500 kiloliter, sampai staging area. Seluruh fasilitas tersebut termasuk yang akan dikerjakan PP berada di lahan seluas 30 hektare. Proyek Eastkal sendiri memiliki total luas lahan 87,4 hektare. "Untuk sisa lahan yang ada, pembangunannya nanti kita bisa undang partner lain," kata Edward. Untuk pembangunan fase I total dana yang dikeluarkan mencapai Rp 430 miliar. Sekitar Rp 325 miliar atau 75% berasal dari Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT) Bahana Private Equity Pelabuhan (BPEP). Pelabuhan Eastkal Supply Base dikelola oleh PT Pelabuhan Penajam Banua Taka (PPBT) yang merupakan investee company dari RDPT BPEP. Dari total Rp 325 miliar, sebanyak 62% merupakan investasi Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia (YKKBI), 18,5% merupakan investasi Yayasan Kesehatan Telkom dan Dana Pensiun Telkom, sedangkan sisanya 1% merupakan penyertaan Bahana TCW selaku manajer investasi. RDPT BPEP diterbitkan pada Desember 2008 dengan target minimal 20% per annum. "Ada waktu lima tahun plus dua untuk bisa keluar dari kontrak investasi kolektif (KIK) kami. Memang sekarang masih negatif karena di tahap awal untuk proyek greenfield polanya membentuk kurva J. Tapi potensi returnnya tinggi," jelas Edward. Maksud dari kurva J adalah di tahun-tahun awal, total investasi yang dibutuhkan cukup besar. Apalagi infrastruktur penunjang bisnis belum dibangun. Selain itu. biaya pra-operasi juga signifikan dan menyebabkan terjadinya pengeluaran kas yang cukup besar. Ia menambahkan, saat ini tender yang sedang berjalan dan diharapkan menjadi pemasukan bagi EastKal adalah tender Chevron. Berdasarkan kebutuhan yang ditargetkan calon tenant, perkiraan nilai dari kontrak Chevron sekitar Rp 80 miliar per tahun dengan kenaikan nilai kontrak di tahun keenam.
Bahana kucurkan Rp 60 miliar untuk Eastkal
JAKARTA. PT Bahana TCW Investment mengucurkan dana senilai Rp 60 miliar untuk melanjutkan pembangunan fase I Pelabuhan Eastkal Supply Basse di Penajam, Kalimantan Timur. "Dana ini sifatnya pinjaman jangka menengah," ungkap Direktur Utama Bahana TCW Investment Management Edward Parlindungan Lubis, Selasa (24/7). Pinjaman ini akan digunakan untuk membangun sejumlah fasilitas pelabuhan dengan nilai kontrak Rp 60 miliar. Adapun kontraktor yang telah ditunjuk adalah PT PP Tbk (PTPP). Fasilitas tersebut antara lain open yard seluas 17.000 meter persegi, gudang seluas 2.000 meter persegi, staging area seluas 7.700 meter persegi, liquid mud plant pad seluas 1.500 meter persegi, dan jalan akses sepanjang 1,2 kilometer. "Pembangunan akan dimulai bulan ini dan ditargetkan selesai pada awal Januari 2013," kata Edward. Fasilitas tersebut akan melengkapi infrastruktur yang sudah tersedia. Mulai dari jetty, gudang, tangki air dan tangki minyak masing-masing berkapasitas 1.500 kiloliter, sampai staging area. Seluruh fasilitas tersebut termasuk yang akan dikerjakan PP berada di lahan seluas 30 hektare. Proyek Eastkal sendiri memiliki total luas lahan 87,4 hektare. "Untuk sisa lahan yang ada, pembangunannya nanti kita bisa undang partner lain," kata Edward. Untuk pembangunan fase I total dana yang dikeluarkan mencapai Rp 430 miliar. Sekitar Rp 325 miliar atau 75% berasal dari Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT) Bahana Private Equity Pelabuhan (BPEP). Pelabuhan Eastkal Supply Base dikelola oleh PT Pelabuhan Penajam Banua Taka (PPBT) yang merupakan investee company dari RDPT BPEP. Dari total Rp 325 miliar, sebanyak 62% merupakan investasi Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia (YKKBI), 18,5% merupakan investasi Yayasan Kesehatan Telkom dan Dana Pensiun Telkom, sedangkan sisanya 1% merupakan penyertaan Bahana TCW selaku manajer investasi. RDPT BPEP diterbitkan pada Desember 2008 dengan target minimal 20% per annum. "Ada waktu lima tahun plus dua untuk bisa keluar dari kontrak investasi kolektif (KIK) kami. Memang sekarang masih negatif karena di tahap awal untuk proyek greenfield polanya membentuk kurva J. Tapi potensi returnnya tinggi," jelas Edward. Maksud dari kurva J adalah di tahun-tahun awal, total investasi yang dibutuhkan cukup besar. Apalagi infrastruktur penunjang bisnis belum dibangun. Selain itu. biaya pra-operasi juga signifikan dan menyebabkan terjadinya pengeluaran kas yang cukup besar. Ia menambahkan, saat ini tender yang sedang berjalan dan diharapkan menjadi pemasukan bagi EastKal adalah tender Chevron. Berdasarkan kebutuhan yang ditargetkan calon tenant, perkiraan nilai dari kontrak Chevron sekitar Rp 80 miliar per tahun dengan kenaikan nilai kontrak di tahun keenam.