Bahana prediksi BI pertahankan suku bunga



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) hari ini (15/12) akan melihat kembali besaran suku bunga acuan yang pantas untuk menjaga kestabilan ekonomi dan nilai tukar ditengah-tengah terjaganya kestabilan inflasi yang rendah sebelum menutup 2016. 

Penentuan suku bunga acuan pada bulan ini akan menjadi sangat penting karena bersamaan dengan keputusan The Federal Open Market Committee (FOMC) yang menaikkan kisaran target suku bunga acuannya dari sebelumnya 0,25% - 0,5% menjadi 0,5% - 0,75%. Adapun suku bunga acuan semalam saat ini berada di level 0,41%. Komite ini juga menyetujui kenaikan suku bunga kredit primer dari 1% menjadi 1,25%.

Bahana Securities dalam rilisnya memperkirakan, BI masih akan mempertahankan suku bunga di level saat ini sebesar 4,75%, mengingat tekanan inflasi pada musim liburan menjelang akhir tahun selalu mengalami kenaikan. Meskipun kenaikan tersebut tidaklah cukup besar, rupiah yang masih berfluktuasi, apalagi setelah the Fed menaikkan suku bunga hari ini.


Ekonom Bahana Fakhrul Fulvian mengatakan, meski ini sudah diekpektasi oleh pasar, tren kenaikan dolar index yang terus terjadi ke level 102 akan memberikan ruang yang kecil bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan saat ini.

Selain menaikkan suku bunga, the Fed juga menaikkan proyeksi suku bunga acuan ke kisaran 1,1% 1,4% pada 2017. Bank Indonesia sudah mempertahankan suku bunga tidak berubah sejak November, setelah pada Oktober Rapat Dewan Gubernur memutuskan untuk memotong suku bunga acuan BI 7-day repo rate sebesar 25 basis point menjadi 4.75%, untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi ke depan.

Meski secara seasonal tekanan inflasi mengalami kenaikan pada Desember, Bahana meyakini inflasi hingga akhir tahun ini kemungkinan tidak akan melampaui 3,3%. Artinya target inflasi bank sentral tercapai sekitar 3% - 5%. Pada bulan lalu tercatat indeks harga konsumen sebesar 0,47%, karena naiknya harga cabai merah atau secara tahunan sebesar 3,58%. 

Ke depan Bahana memperkirakan BI 7-day repo rate akan berada pada fase yang akomodatif, walau prospek harga minyak yang meningkat akan membatasi langkah bank sentral untuk bermanuver dengan suku bunga. "Dengan berbagai kebijakan di dalam negeri dan global yang terjadi, Bahana memperkirakan rupiah akan berada pada kisaran Rp 13.500 per dolar AS," ujar Fakhrul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini