JAKARTA. Kegiatan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) tahun ini masih semarak. Buktinya, Bahana Securities kebagian enam hingga tujuh proyek penjaminan IPO di 2013. Meski enggan mengatakan porsi yang akan digarap perusahaan, tapi Eko Yuliantoro, Direktur Utama Bahana Securities, mengaku, total emisi ketujuh proyek tersebut mencapai Rp 7 triliun. "Semester I ini, ada empat IPO," imbuhnya, Senin (15/4). Lebih jauh Eko mengungkapkan, semester I ini berasal dari dua perusahaan manufaktur, dengan nilai emisi masing - masing Rp 1 triliun dan Rp 1,5 triliun. Proyek ini juga datang dari sebuah perusahaan yang bergerak di sektor Jasa keuangan. Adapun nilai emisinya diperkirakan Rp 1 triliun. Terbaru, Bahana Securities menjadi penjamin emisi atas IPO PT Austindo Nusantara Jaya. Dalam Kegiatan ini, manajemen bekerja sama dengan Morgan Stanley untuk melakukan global offering. "Kami optimis target ini bakal tercapai. Indeks sedang tinggi, tapi risiko bubble bisa minim seiring banyaknya emiten baru," pungkas Eko.
Bahana Securities tangani tujuh penjaminan emisi
JAKARTA. Kegiatan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) tahun ini masih semarak. Buktinya, Bahana Securities kebagian enam hingga tujuh proyek penjaminan IPO di 2013. Meski enggan mengatakan porsi yang akan digarap perusahaan, tapi Eko Yuliantoro, Direktur Utama Bahana Securities, mengaku, total emisi ketujuh proyek tersebut mencapai Rp 7 triliun. "Semester I ini, ada empat IPO," imbuhnya, Senin (15/4). Lebih jauh Eko mengungkapkan, semester I ini berasal dari dua perusahaan manufaktur, dengan nilai emisi masing - masing Rp 1 triliun dan Rp 1,5 triliun. Proyek ini juga datang dari sebuah perusahaan yang bergerak di sektor Jasa keuangan. Adapun nilai emisinya diperkirakan Rp 1 triliun. Terbaru, Bahana Securities menjadi penjamin emisi atas IPO PT Austindo Nusantara Jaya. Dalam Kegiatan ini, manajemen bekerja sama dengan Morgan Stanley untuk melakukan global offering. "Kami optimis target ini bakal tercapai. Indeks sedang tinggi, tapi risiko bubble bisa minim seiring banyaknya emiten baru," pungkas Eko.