Bahana Sekuritas prediksi rupiah bergerak antara Rp 14.050-Rp 14.100



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang rupiah tercatat menguat pada penutupan pasar spot Kamis (10/1). Rupiah menguat Rp 75 ke level Rp 14.050 per dollar AS.

Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro menyebut faktor yang mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini, adalah keputusan Federal Reserve (The Fed) yang diprediksi hanya akan menaikan suku bunga acuan satu kali di tahun 2019.

"Market masih berpegang pada bank sentral Amerika dan kebijakan politiknya yang lebih dovish," jelasnya saat dihubungi Kontan.co.id pada Kamis (10/1).


Keputusan The Fed mengurangi kenaikan suku bunga acuan, akan membuat mata uang di kawasan Asia menguat. Sebab, pelaku pasar tidak lagi tertarik menaruh uang mereka di Amerika. Hal ini bisa dilihat dari penguatan nilai mata uang di negara kawasan Asia Pasifik.

"Suku bunga di Amerika Serikat sudah mencapai titik paling atas. Jika mereka menaikkan suku bunga acuannya, maka penguatan rupiah tidak akan sebesar sekarang. Sebaliknya, jika tidak dinaikkan maka pasar kawasan Asia Pasifik menguat. Sangat wajar," lanjutnya.

Satria berpandangan, sampai kuartal II 2019, dollar AS akan berada di tengah kegamangan dan berisiko lemah. Sebagai imbasnya, mata uang di kawasan Asia, termasuk Indonesia, akan menguat.

Selain faktor eksternal, yang dirasa cukup signifikan mempengaruhi pergerakan rupiah adalah penurunan harga minyak. "Mata uang rupiah cukup sensitif dengan harga minyak," ujarnya.

Sebagai informasi tambahan, harga minyak rehat setelah menguat dalam delapan hari perdagangan berturut-turut. Kamis (10/1) pukul 7.16 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 52,21 per barel.

Harga minyak WTI ini turun tipis dari US$ 52,36 per barel pada penutupan perdagangan kemarin. Ini adalah harga minyak tertinggi sejak 10 Desember lalu. Kemarin, harga minyak acuan Amerika ini terbang hingga 5,18% dalam sehari.

Harga minyak kembali melompati level US$ 50 per barel setelah pembicaraan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China berjalan lancar.

Selain harga minyak dan keputusan The Fed, negosiasi dagang AS dan Cina masih mempengaruhi pergerakan rupiah dalam sepekan ke depan. "Biasanya kalau ada sentimen positif perang dagang, dollar AS bisa menguat," jelas Satria.

Satria memprediksi rupiah bisa saja bergerak lemah keesokan hari, semua bermuara pada faktor perundingan dagang AS dan China. Jika ada penguatan, poinnya sangat terbatas.

"Untuk perdagangan besok, diprediksi rupiah bergerak di kisaran Rp 14.050 - 14.100," tandas Satria. Tapi, dia menambahkan, rupiah bisa menyentuh titik terkuat Rp 13.800 per dollar AS pada semester pertama tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto