KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) merilis produk baru reksadana yakni reksadana Bahana Global Healthcare Sharia USD Equity. Bahana TCW menunjuk Standard Chartered Indonesia sebagai salah satu agen penjual produk ini. Sesuai namanya, reksadana syariah ini memiliki fokus investasi di saham-saham perusahaan industri kesehatan global. Reksadana Bahana Global Healthcare Sharia USD Equity juga menjadi reksadana syariah offshore pertama di Indonesia yang fokus di industri kesehatan global. Presiden Direktur Bahana TCW Rukmi Proborini menyampaikan, di tengah kondisi perekonomian global yang sedang tertekan fase stagflasi, sektor kesehatan termasuk sektor yang resilien terhadap badai tersebut. Hal ini dikarenakan sektor kesehatan karena termasuk industri yang defensif dan esensial.
“Sehingga berinvestasi pada perusahaan healthcare adalah salah satu alternatif yang menarik sesuai dengan kondisi makro ekonomi saat ini,” kata Rukmi dalam peluncuran reksadana Bahana Global Healthcare Sharia USD Equity, Selasa (12/7).
Baca Juga: Prospek Reksadana Pasar Uang Masih Positif Head of Wealth Management Standard Chartered Indonesia Meru Arumdalu memperkirakan, inflasi akan mereda hanya secara bertahap, yang akan membuat The Fed mempertahankan sikap agresifnya. Oleh karena itu, menyikapi kondisi ini, pemilihan saham defensif, seperti industri healthcare menjadi opsi yang tepat untuk saat ini. “Melalui penambahan reksadana Bahana Global Healthcare Sharia USD Equity pada pilihan produk investasi Standard Chartered Bank, kami berharap dapat semakin memberikan alternatif bagi nasabah kami untuk mencapai tujuan keuangannya,” imbuh Meru. Mengacu pada data yang disajikan Forbes Advisor, sektor kesehatan di Amerika Serikat (AS) menjadi sektor yang paling potensial untuk jangka menengah maupun panjang. Terlihat dari tingkat pengeluaran kesehatan masyarakat di Amerika Serikat menyumbang hampir 18% dari produk domestik bruto (PDB) AS pada akhir 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai US$6 triliun per tahun atau setara 19,7% dari PDB AS pada tahun 2028. Proyeksi positif sektor kesehatan juga dipicu meningkatnya kesadaran masyarakat global akan pentingnya kesehatan pasca pandemi. Terlebih pertumbuhan di sektor kesehatan juga akan didorong oleh pelibatan teknologi, tren populasi yang semakin menua dan meningkatnya kebutuhan layanan kesehatan untuk penyakit tidak menular dan kondisi kronis lainnya. Bahana TCW Investment juga berkolaborasi dengan Franklin Templeton dalam merancang strategi untuk produk reksadana Bahana Global Healthcare Sharia USD Equity ini. Head of Retail Sales Southeast Asia Franklin Templeton Clement Lee menambahkan, Selain beberapa faktor di atas, kemajuan teknologi kesehatan diprediksi akan terus berkembang sehingga akan berdampak pada permintaan yang semakin beragam. Pada akhirnya, ini membuat industri kesehatan menjadi salah satu industri yang menjanjikan bagi para investor. “Dengan latar belakang ketidakpastian makroekonomi global dalam jangka pendek ini, sektor kesehatan tetap menjadi sektor yang menguntungkan dan menjadi salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat dan paling defensif," jelas Clement. Rukmi menyebut, produk reksadana Bahana Global Healthcare Sharia USD Equity ini akan melengkapi alternatif investasi bagi masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan pengelolaan dananya. Alhasil, setiap produk investasi dirancang guna memenuhi kebutuhan investasi masyarakat Indonesia.
“Selain itu, pengembangan dan distribusi produk investasi dilakukan dengan pola kemitraan strategis bersama institusi keuangan terkemuka dunia,” kata Rukmi. Adapun, komposisi portofolio reksadana ini adalah lebih dari 50% ditempatkan pada sektor unggulan di pasar Amerika Serikat dan sisanya diinvestasikan di sejumlah negara ekonomi utama dunia, antara lain Jepang, Perancis, Jerman, Inggris dan Australia. Bagi investor yang tertarik, reksadana syariah ini dapat dibeli dengan minimum pembelian mulai dari US$ 10.000.
Baca Juga: Pasar Reksadana Tertekan, Jadi Peluang Tambah Porsi Kepemilikan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat