JAKARTA. Menghadapi situasi pasar yang sulit ditebak seperti saat ini, Bahana TCW Investment Management memasang trik jitu. Pihaknya akan memperbesar posisi kas yang relatif aman dari guncangan. Edward Lubis, Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management menjelaskan, posisi dana kelolaan per Juli 2015 sebesar Rp 29,5 triliun. Dari porsi tersebut, instrumen pasar uang dan reksadana terproteksi memiliki porsi yang dominan, yakni masing-masing sebesar 32% hingga 35%. Porsi ini lebih tinggi jika dibandingkan kondisi pasar saat bullish, di mana porsi keduanya masing-masing maksimal 30%. Porsi terbesar kedua dana kelolaan disumbang dari reksadana saham yakni sekitar 25%. Angka ini menyusut lantaran koreksi pada pasar saham. Porsi ini mengalami penurunan dari kondisi normal atau bullish sebesar 35% hingga 40%. Sementara kontribusi reksadana campuran terhadap dana kelolaan sangat kecil, yakni di bawah 5%. "Pada reksadana saham, kami menambah porsi kas menjadi 15% hingga 20%. Biasanya kalau pasar sedang bullish, porsi kas hanya 5%," ungkap Edward. Adapun bobot sektor yang mulai diperbesar antara lain sektor perbankan, infrastruktur, konsumer dan properti. Pihaknya melihat ada peluang jelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) mendatang. Bahana menilai, event Pilkada akan menggerakkan perekonomian dan menumbuhkan daya beli. Dengan demikian, sektor konsumer diperkirakan akan cukup prospektif. Dalam waktu dekat, Bahana akan segera meluncurkan produk baru berupa reksadana terproteksi. Harapannya produk ini dapat meramaikan pasar pada pekan depan. Reksadana terproteksi ini memiliki aset dasar berupa obligasi korporasi dengan target return antara 8% hingga 9% per tahun. Tenor obligasi ini kemungkinan besar selama tiga tahun. Tak lama berselang dari reksadana terproteksi yang dijadwalkan rilis pada pekan depan, Bahana kembali akan meluncurkan reksadana terproteksi selanjutnya pada awal Oktober. Menurut Edward, perbedaan kedua reksadana terproteksi ini hanyalah soal market timing. Pihaknya menargetkan dapat menambah dana segar antara Rp 200 miliar hingga Rp 300 miliar dari dua produk baru tersebut hingga akhir tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bahana TCW tambah porsi kas hingga 20%
JAKARTA. Menghadapi situasi pasar yang sulit ditebak seperti saat ini, Bahana TCW Investment Management memasang trik jitu. Pihaknya akan memperbesar posisi kas yang relatif aman dari guncangan. Edward Lubis, Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management menjelaskan, posisi dana kelolaan per Juli 2015 sebesar Rp 29,5 triliun. Dari porsi tersebut, instrumen pasar uang dan reksadana terproteksi memiliki porsi yang dominan, yakni masing-masing sebesar 32% hingga 35%. Porsi ini lebih tinggi jika dibandingkan kondisi pasar saat bullish, di mana porsi keduanya masing-masing maksimal 30%. Porsi terbesar kedua dana kelolaan disumbang dari reksadana saham yakni sekitar 25%. Angka ini menyusut lantaran koreksi pada pasar saham. Porsi ini mengalami penurunan dari kondisi normal atau bullish sebesar 35% hingga 40%. Sementara kontribusi reksadana campuran terhadap dana kelolaan sangat kecil, yakni di bawah 5%. "Pada reksadana saham, kami menambah porsi kas menjadi 15% hingga 20%. Biasanya kalau pasar sedang bullish, porsi kas hanya 5%," ungkap Edward. Adapun bobot sektor yang mulai diperbesar antara lain sektor perbankan, infrastruktur, konsumer dan properti. Pihaknya melihat ada peluang jelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) mendatang. Bahana menilai, event Pilkada akan menggerakkan perekonomian dan menumbuhkan daya beli. Dengan demikian, sektor konsumer diperkirakan akan cukup prospektif. Dalam waktu dekat, Bahana akan segera meluncurkan produk baru berupa reksadana terproteksi. Harapannya produk ini dapat meramaikan pasar pada pekan depan. Reksadana terproteksi ini memiliki aset dasar berupa obligasi korporasi dengan target return antara 8% hingga 9% per tahun. Tenor obligasi ini kemungkinan besar selama tiga tahun. Tak lama berselang dari reksadana terproteksi yang dijadwalkan rilis pada pekan depan, Bahana kembali akan meluncurkan reksadana terproteksi selanjutnya pada awal Oktober. Menurut Edward, perbedaan kedua reksadana terproteksi ini hanyalah soal market timing. Pihaknya menargetkan dapat menambah dana segar antara Rp 200 miliar hingga Rp 300 miliar dari dua produk baru tersebut hingga akhir tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News